REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE--Sekolah, kalangan pengusaha, dan lembaga pemerintah akan menjadi target dalam kampanye "mengatasi kesalahpahaman tentang komunitas Muslim di Adelaide".
Kampanye ini akan dijalankan oleh sebuah gugus tugas dalam pemerintahan kota Adelaide. Langkah ini diambil menyusul makin meningkatnya serangan terutama atas Muslimah berjilbab dan bercadar di kota ini.
Kepala Wilayah Australia Selatan dan Ketua Komisi Kota Urusan Multikultural dan Etnis, Hieu Van Le, akan mengepalai sendiri gugus tugas tersebut, demikian The Advertiser edisi hari Sabtu melaporkan. Dia akan bergabung dengan polisi, ahli akademik, perwakilan dari departemen pemerintah, termasuk pendidik, dan penasihat media dalam Gugus Tugas Multikultural itu.
Le yang merupakan warga Australia keturunan Vietnam menyatakan prioritas utama mereka adalah memerangi "kebodohan" dan salah pengertian melalui pendidikan. Dia mengatakan satuan tugas itu akan harus kreatif, strategis, dan sensitif jika ingin menciptakan Adelaide kota yang nyaman bagi semua etnis, bangsa, dan agama.
Namun, ia mengakui ada beberapa hal yang akan sulit dijangkau. "Ini akan memakan waktu lama," katanya.
Namun ia optimis, langkahnya akan membuahkan hasil. Ia melancarkan "Lima Program" untuk mendukung suksesnya kampanyenya ini.
Kelima program ini adalah menyediakan seorang perwira polisi penghubung bagi seluruh komunitas Muslim di kota ini; "duta besar" Muslimdi departemen-departemen pemerintah lainnya dengan pengetahuan spesifik tentang Islam; penambahan kurikulum sekolah meliputi kepercayaan Islam dan praktik keberagamaan mereka; pendidikan integrasi bagi kaum Muslim; dan kursus singkat bagi PNS dan pengusaha tentang keislaman.
Mereka juga memberikan layanan hotline bagi Muslimah yang menjadi korban kekerasan, teror mental, dan pelecehan, yaitu menghubungi nomor 8212 0800 dan polisi akan bertindak segera.