REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN--Harga eskpor minyak sawit mentah (crude palm oli/CPO) turun menjadi 785 dolar AS per metrik ton akibat harga minyak bumi yang melemah dan pasokan dari negara produsen yang mulai banyak. "Harga CPO di Rotterdam untuk pengapalan Juli misalnya pada tanggal 5 Juli ditutup 785 dolar AS per MT (metrik ton) dari harga 30 Juni yang masih 795 dolar AS per MT," kata pengusaha sawit Sumut, Timbas Ginting, di Medan, Selasa (6/6).
Akibat harga ekspor yang turun, harga CPO di pasar lokal juga ikut tertekan atau tinggal Rp7.041 per kg dari Rp7.060 per kg. Ada prakiraan, harga masih bisa tertekan lagi karena produksi di sejumlah negara produsen meningkat, seperti dari Indonesia yang mulai panen raya. "Harga akan semakin tertekan kalau harga minyak bumi melemah lagi," kata Timbas.
External Advisory Group kelompok bank dunia, Derom Bangun, mengatakan, harga CPO diperkirakan tidak terlalu jatuh dan tidak juga meningkat signifikan dari angka 800 dolar AS per MT. Bila harga minyak mentah masih di kisaran 70an dolar AS per barel, maka harga CPO akan berada di kisaran 780an dolar AS hingga 800an dolar AS per MT.
"Kalau harga minyak bumi naik secara fantasis, baru harga CPO itu bisa diatas 900 dolar AS per metrik ton," katanya. Menurut dia, sebenarnya permintaan CPO di pasar internasional terus membaik menyusul dampak krisis mulai bisa diatasi dimana hal itu harusnya memicu kenaikan harga jual.
Tetapi, kata dia, harga CPO tidak hanya dipengaruhi permintaan, tetapi banyak faktor lain seperti harga minyak bumi. Kepala BPS Sumut, Alimuddin Sidabalok, mengatakan, ekspor lemak dan minyak hewan/nabati di Sumut hingga Mei 2010 sudah mencapai 1,130 miliar dolar AS atau naik 8,57 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.