REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–-Kepastian apakah Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution akan menjadi Gubernur BI akan ditentukan, Kamis (22/7) malam. Uji kelayakan dan kepatutan terhadap Darmin berlangsung dua hari penuh, Rabu (21/7) dan Kamis (22/7). Dalam dua hari ini Darmin lebih banyak dicecar untuk mengklarifikai beragam kasus, dari kepemilikan pompa bensin sampai skandal Bank Century.
‘’Akan diputuskan nanti malam (Kamis, 22/7, malam). Masih terus diupayakan berdasarkan aklamasi,’’ kata Wakil Ketua Komisi XI DPR, Achsanul Qosasi, Kamis (22/7) petang. Meskipun dia pun tak menampik sangat terbuka kemungkinan keputusan akan diambil melalui pemungutan suara dan bukan aklamasi.
Qosasi yang memimpin pengujian di hari kedua ini, mengatakan, pengambilan keputusan dilakukan selepas Isya agar lebih leluasa secara waktu, tidak terpotong waktu shalat, dan memberikan waktu untuk masing-masing fraksi menyampaikan proses pengujian sampai hari ini.
Anggota Komisi XI DPR dari FPKS Andi Rahmat mengatakan, berlarutnya pengujian Darmin yang semula diperkirakan cukup satu hari ini karena banyak hal yang membutuhkan klarifikasi. ‘’Dan sampai petang ini masih ada fraksi yang merasa belum puas soal klarifikasi yang diberikan. Termasuk kasus yang tekait dengan Kejaksaan,’’ ujar dia.
Tetapi Andi optimistis proses pemilihan Gubernur BI dengan calon tunggal ini akan tuntas, Kamis malam. ‘’Selesailah. Tapi kemungkinan memang lewat pemungutan suara,’’ kata dia.
Ketua Komisi XI DPR Emir Moeis menyatakan bahwa hampir mustahil kepastian posisi Darmin bisa diambil melalui mufakat atau aklamasi. ‘’Tidak mungkin mufakat. Pasti voting. Pilihannya menerima atau menolak,’’ kata dia.
Meski demikian dia menolak menjabarkan peta dukungan yang ada saat ini, sekalipun tetap memperkirakan akan ada lebih banyak anggota komisinya yang menerima daripada menolak Darmin.
Anggota Komisi XI DPR dari FPDIP Eva Kusuma Sundari mengakui perpecahan di fraksi. Termasuk partainya. ‘’Iya, pecah. Tapi saya tak bisa bicara lebih rinci,’’ ujar dia.
Wakil Ketua Komisi XI dari Fraksi Partai Golkar, Harry Azhar Azis, pun memperkirakan pengambilan keputusan tak bisa diambil melalui aklamasi. ‘’Kemungkinan tidak aklamasi. Kecuali kalau para anggota komisi ini aktor hebat seperti di sinetron,’’ kata dia. Harry mengatakan peluang Darmin terjegal masih sama besarnya dengan kemungkinan diterima.