REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan bahwa tanggapannya terhadap rencana pembangunan pusat pertemuan masyarakat Islam dan masjid di dekat Ground Zero, bukanlah sebuah penilaian. Ia menegaskan, ia tidak menanggapi apakah rencana itu bijaksana atau tidak. Melainkan, memberikan masukan yang berpijak pada dasar hukum kebebasan beragama.
Gedung 13 tingkat yang akan dibangun oleh kelompok pengusaha pengembang swasta itu rencananya akan dibangun di sebuah lahan pribadi sekitar dua blok dari lokasi bekas menara kembar World Trade Center di New York, yang hancur akibat serangan 11 September 2001. Izin untuk pembangunnya sudah didapat, meskipun dalam setiap tahap prosedurnya ditentang oleh banyak pihak. Baik itu di tingkat politik maupun di tingkat akar rumput. Selama berminggu-minggu isu ini terus memanas, dan ketika Presiden Obama angkat bicara, kontroversi semakin menjadi.
Dalam buka bersama memperingati Ramadan di Gedung Putih, Jumat pekan lalu, Presiden Obama mengatakan komentar pribadinya soal masjid itu, yang dianggap mendukung, sehingga menuai pro kontra di negaranya. "Saya mengerti bahwa masalah ini sangat emosional. Ground Zero adalah tanah sakral. Tetapi sebagai warga negara dan Presiden, saya percaya bahwa umat Muslim seperti semua orang di negeri ini memiliki hak untuk menjalankan agamanya," ujarnya, saat itu. "Ini termasuk hak untuk membangun tempat ibadah di tengah Manhattan, sesuai dengan hukum dan ketentuan lokal."
Disebutkannya, inilah visi para pendiri bangsa. "Ini adalah Amerika dan komitmen kita terhadap kebebasan beragama tidak boleh goyah."
Obama mengingatkan bahwa semua pihak tetap harus menghormati korban yang jatuh di Ground Zero serta tim penyelamat yang telah berjuang di sana, selain itu bahwa kelompok teroris Alqaidah telah membunuh banyak umat Islam termasuk dalam serangan terhadap World Trade Center.
Meski begitu, pernyataannya menuai kritik tajam dari perhimpunan keluarga korban. Debra Burlingame, jurubicara perhimpunan itu mengatakan Barack Obama telah mengabaikan Amerika, yang sembilan tahun lalu jantung hatinya telah dirobek oleh tindakan brutal 9/11.
Politisi Republik pun mendapatkan amunisi untuk menyerang Obama. "Ini sekali lagi menunjukkan bahwa Obama sama sekali tidak mengabaikan apa yang diinginkan oleh orang Amerika. Sama persis, dengan imam di masjid yang tidak mau tahu tentang orang lain. Obama sudah sama sekali kehilangan hubunganya dengan rakyat, dan untuk seorang presiden ini bahaya sekali," kata politisi Rick Santorum kepada media konservatif Fox News.
Yang tak dikatakan oleh Santorum adalah bahwa pendapat rakyat Amerika memang terbelah soal isu kortroversial ini. Sebuah jajak pendapat mencatat, 64 persen warga menilai bahwa pembangunan mesjid di dekat Ground Zero itu salah. Tetapi, dalam jajak pendapat yang disebutkan, 61 persen responden menilai bahwa kelompok itu memiliki hak untuk membangun sebuah pusat kegiatan dan mesjid di sana.