REPUBLIKA.CO.ID,ALKHOBAR--Pejuang Kashmir menolak tawaran dialog yang disampaikan pemerintah India. Pemimpin utama gerakan anti India di Kashmir, Syed Ali Shah Geelani, menganggap tawaran itu tak berarti sama sekali.
Pemimpin berusia delapan puluh tahun yang menyerukan rakyatnya untuk demonstrasi turun ke jalan ini sudah mendengar tawaran dialog yang disampaikan Perdana Menteri Manmohan Singh dalam pidato kenegaraan di Benteng Merah pada 15 Agustus 2010. ''Ya, Singh memang mengatakan bahwa New Delhi siap untuk melakukan pembicaraan, tetapi tetap dalam napas yang sama. Dia bersikeras bahwa Kashmir adalah bagian integral dari India,'' kata Geelani dalam sebuah wawancara dengan Arab News melalui telepon dari Srinagar pada hari Selasa.
"Jika India menolak untuk mempertimbangkan kebebasan wilayah sengketa di Kashmir, lalu apa gunanya mengadakan pembicaraan?'' tegas Geelani.
Geelani merupakan pimpinan pejuang Kashmir yang berpengaruh. Dia adalah pemimpin dari faksinya sendiri, All Parties Hurriyat Conference. New Delhi berupaya untuk menjeratnya ke pengadilan. Namun, dia selalu berhasil menghindar. Dia konsisten dengan tuntutannya agar India mau menggelar jejak pendapat bagi rakyat Kashmir untuk memutuskan nasibnya sendiri sebagaimana diatur dalam resolusi PBB. Baginya, plebisit itu merupakan satu-satunya solusi bagi Kashmir.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa Geelani tidak selalu menjadi pemimpin pejuang Kashmir. Dia adalah anggota Majelis Kashmir selama 15 tahun. ''Kami menerapkan proses demokrasi, tetapi India tidak menaruh perhatian pada pemecahan sengketa ini,'' kritiknya. ''India terus menerapkan 'akal bulus' politik. Mereka membayar orang-orang tertentu, menekan yang lain, dan membunuh sebagian lainnya. Itu sebabnya saya sudah hilang kepercayaan kepada India. India masih menerapkan metode yang sama.''