REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN--Negara-negara Barat berusaha memata-matai Iran dengan menggunakan berbagai cara. Kemarin, pemerintah Iran mengumumkan telah menangkap lima karyawan perusahaan kosmetik asal Swedia, Oriflame, yang dituduh telah melakukan kegiatan spionase yang dapat membahayakan keamanan negeri mullah itu.
Menteri Intelijen Iran, Heydar Moslehi, menuduh Oriflame mencoba membahayakan keamanan negaranya dengan kegiatan spionase tersebut. ''Oriflame hendak melawan sistem (Iran). Tidak ada alasan ekonomi di balik perusahaan,'' ujar Moslehi kepada wartawan di makam Imam Khomeini di Teheran.
''Kami menyadari melalui bukti-bukti yang ditemukan bahwa badan-badan intelijen berusaha untuk membuat masalah terhadap keamanan Iran melalui perusahaan ini,'' tuding Moslehi.
Otoritas Iran pada 22 Agustus 2010 telah menutup kantor Oriflame di Teheran, melarang penjualan produk kosmetik dari Swedia itu, dan menangkap lima karyawan Oriflame di Iran. Perusahaan itu telah membuat skema piramida (semacam multi level marketing) yang ditunggangi oleh agen mata-mata asing. Salah satu karyawan Oriflame yang ditangkap memiliki kewarganegaraan ganda Iran dan Swedia.
Di Swedia, Direktur Senior Oriflame, Patrik Linzenbold, tidak bersedia mengomentari keputusan yang diambil pemerintah Iran itu. Tuduhan Moslehi itu terjadi hanya beberapa hari setelah ia juga menuduh perusahaan seperti Oriflame telah didukung oleh lembaga mata-mata asing untuk mengganggu keamanan Iran. ''Perusahaan-perusahaan ini beroperasi dengan dukungan luar dan tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi. Mereka berada di bawah bimbingan agen mata-mata,'' katanya pada hari Rabu sebelumnya.
Oriflame mengatakan belum menerima penjelasan dari pemerintah Iran mengenai penutupan kantornya dan penangkapan karyawannya. Namun, mereka berdalih kejadian itu mungkin terjadi karena semata-mata model bisnisnya yang diterapkan di Iran.