REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Masjid raya belum punya. Izin bershalat di tempat umum tak diberikan. Komunitas Muslim di kota Leytonstone, Inggris hampir saja patah arang, hingga The Cann Hall Deen and Education Trust, sebuah lembaga yang memiliki sebuah bar menawarkan bangunan itu untuk shalat Idul Fitri.
Maka pada tanggal 1 Syawal, Muslim kota itu berkumpul di salah satu lantai bar, menggelar shalat Ied berjamaah. Usai shalat, mereka merayakan hari kemenagan bersama dengan sekadar menikmati kudapan yang dibawa jamaah.
Selesai urusan? Ternyata belum. Beberapa warga kota yang tak setuju dengan kegiatan itu, memprotes ke Dewan Kota. Mereka menganggap kaum Muslim memanfaat gedung tanpa izin.
Hampir sepekan bungkam, komunitas Muslim Leytonstone akhirnya buka mulut. Mereka mengakui, memang saat menggelar shalat Ied, mereka tidak meminta izin pada otoritas pemerintahan kota itu. Alasannya sederhana, mereka bershalat di gedung milik pribadi, bukan di sarana publik.
Syed Syafi'i, dari Education Trust mengatakan tidak ada diskusi dengan dewan soal shalat Ied itu. Namun ia menambahkan, Dewan telah mengetahui bangunan itu telah lama tidak difungsikan dan pemiliknya menawarkan untuk dikonversi menjadi masjid saja.
"Semua pihak sudah setuju dengan hal ini, dan aplikasi perencanaan telah dikirimkan untuk perubahan penggunaan. Properti bagi masjid dan pusat budaya diperlukan karena tidak ada fasilitas yang tersedia bagi penduduk Muslim lokal," ujarnya. "Kita hidup dalam masyarakat multi-iman dan pusat tersebut akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan lokal."
Kali ini, langkah mereka didukung sebagian warga yang lain. "Sudah saatnya Muslim memiliki rumah ibadah yang representatif di kota ini," ujar salah seorang warga. Ia berencana mengirimkan petisi dukungan, setelah mendapatkan tanda tangan ribuan warga lain.