REPUBLIKA.CO.ID, PARIS-- Kementerian Luar Negeri Prancis mengungkapkan bahwa lima warga negaranya diculik Alqaidah, di tempat penambang uranium di Nigeria. Namun, belum dapat dipastikan apakah kelima warga negaranya masih hidup atau telah meninggal.
Pemerintah Prancis mengakui kebenaran adanya penculikan terhadap kelima warga negaranya itu. Pemerintah Perancis menyatakan klaim yang diberikan Alqaidah di Maghreb Islam (AQIM) adalah asli. Dua dari lima itu, diantaranya berasal Togo dan Madagaskar. Mereka ditahan bersama dengan warga nerara Prancis lainnya.
Namun, berbicara kepada kantor berita AFP di Paris, jurubicara kementerian luar negeri Romain Nadal mengatakan pemerintahnya saat ini dalam posisi untuk mengkonfirmasi keaslian klaim dari AQIM tersebut, yang disiarkan di jaringan satelit Arab Aljazirah.
Ia mengatakan Perancis tidak menerima komunikasi lain dan belum mengetahui adanya tuntutan yang tepat dari para penyandera. Pihak AQIM mengatakan kelompoknya akan mengeluarkan tuntutan kepada pemerintah Perancis agar tidak membiarkan lama warga negaranya ditahan. Selain itu, mereka juga memperingatkan agar tidak melakukan tindakan bodoh atas ditahannya lima warga negara Prancis.
Sementara pemerintah Nigeria menilai para penculik adalah mereka yang berafiliasi dengan Abou Zaid, pemimpin AQIM di Mali utara. Perancis telah mengirimkan sedikitnya 80 personil militer ke ibukota Nigeria Niamey untuk membantu mencari para sandera. Pencarian mereka didukung Breguet Atlantique, dan pesawat jet Mirage dilengkapi dengan peralatan pemantauan canggih.