REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Pesawat yang dikendarai Ir Alexander Supeli yang jatuh pada Jumat (24/9) pukul 10.12 WIB, disinyalir karena terbang terlalu rendah saat melakukan manuver inverted atau membalikkan pesawat di udara. Akibatnya sayap pesawat membentur tanah dan membuat pesawat jatuh dan meledak.
"Pesawat terbang terlalu rendah saat membalikkan pesawat," ungkap Komandan Lanud Husein Sastranegara, Kolonel Pnb Asep Adang Supriyadi, yang ditemui Republika di kantornya, Jumat (24/9) siang.
Menurut Asep, Alex menerbangkan pesawatnya hanya setinggi 350 kaki atau sekitar 116 meter dari permukaan tanah. Padahal sebelumnya telah dilakukan briefing atau persiapan sebelum take off.
Ia menuturkan, Alex merupakan seorang penerbang professional yang telah memiliki jam terbang tinggi. Bahkan pada 1997 lalu, Alex pernah menjadi juara II dalam kejuaraan aerobatic di Australia. "Alex seorang penerbang aerobatic professional. Jatuhnya pesawat Alex diluar perkiraan," jelasnya.
Saat melakukan penerbangan aerobatic dalam acara Bandung Air Show (BAS) ini, Alex menggunakan pesawat Super Decathlon tipe 8KCAB. Pesawat jenis tersebut memang dikhususkan untuk melakukan penerbangan aerobatic.
Sedangkan pesawat yang dibawa rekan pasangan atraksi udaranya, Esther Gayatri Saleh, menggunakan jenis Cessna yang hanya digunakan untuk terbang secara konvensional. Pesawat Esther tidak mengalami kecelakaan seperti halnya Alex.
Saat ini, Alex tengah dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. "Alex masih dioperasi kaki kanannya yang patah," paparnya. Selain itu, Alex menderita luka bakar mencapai 100 persen dan mengalami multiple traumatic.