REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Kamis (30/9), Kongres Amerika Serikat meluncurkan rancangan undang-undang terkait bea tambahan bagi barang impor dari Cina. Beijing bereaksi dengan sangat cepat.
Bill Gates yang tengah berada di Beijing, jadi sasaran wartawan negeri itu untuk ditodong berkomentar. Namun ia hanya tersenyum dan berlalu tanpa menanggapi pertanyaan wartawan. Sementara Charlie Munger, wakil direktur perusahaan investasi Berkshire Hathaway mengomentari kemungkinan pecahnya perang dagang antara AS dan Cina. "Terkait masalah mata uang: kami merasa, kami tak perlu menggurui pemerintah Cina ataupun AS bagaimana sebaiknya mereka melakukan perundingan. Masalah ini berada di tangan kedua pemerintahan, kami tidak memberikan saran apa-apa kepada mereka," katanya.
Munger, Gates dan pakar pasar keuangan Warren Buffet mendengar mengenai rancangan undang-undang Kongres Amerika Serikat ketika mereka sedang berada di Changsha, Cina Tengah. Ketiga ekonom tersebut berada di Changsha untuk mempromosikan bis listrik yang diproduksi perusahaan mobil dan beterai BYD. Warren Buffet memegang sepuluh persen saham BYD.
Reaksi sengit atas rencana Kongres dilontarkan pejabat Cina. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Jiang Yu mengatakan, Washington hendaknya menghinadri tindakan yang dapat mengganggu hubungan kedua negara. Sementara Departemen Perdagangan Cina juga menepis tuduhan bahwa barang-barang produk Cina yang menyebabkan krisis ekonomi di AS. Cina juga menegaskan pemerintah tidak dengan sengaja menekan nilai mata uang Cina Yuan untuk meraup keuntungan maksimal. Mata uang Cina yang nilainya diatur ketat oleh Beijing sudah lama menjadi bahan sengketa antara Beijing dan Washington.
Dalam sengketa dagang antara AS dan Cina, media Cina tampak percaya diri. Sebuah harian ekonomi yang terbit di Chengdu, Cina Barat berkomentar bahwa produk Amerika Serikat makin jarang mampu bersaing di pasar dunia. Sengketa dagang dengan Cina hanya akan menghambat pemulihan ekonomi AS.
Surat kabar yang terbit di Beijing menulis, Cina saat ini merupakan pasar terbesar kedua bagi pengekspor AS. Jika AS jadi memberlakukan bea tambahan bagi produk Cina maka yang dirugikan justru konsumen di Amerika - karena mereka yang harus membayar harga lebih mahal bagi produk Cina.