REPUBLIKA.CO.ID, WASIOR--Bupati Teluk Wondama Alberth Torey mengakui adanya oknum warga yang melakukan penjarahan di beberapa rumah-rumah kosong milik korban banjir di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. "Sebagian rumah penduduk yang tidak hancur ditinggali penduduknya yang mengungsi ke Manokwari atau Nabire, dan itu menjadi incaran penjarahan," katanya di Wasior, Teluk Wondama, Jumat (15/10).
Dia juga menjelaskan, pejabat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Teluk Wondama menjadi salah satu korban penjarahan. "Kepala Bapedda Teluk Wondama itu punya barang habis," katanya dengan dialek lokal.
Karena itu, dia mengatakan pihak pemerintah daerah bekerja sama dengan kepolisian dan TNI akan berkoordinasi untuk meningkatkan keamanan. Dia juga menambahkan, pada saat ini sebagian besar penduduk kota Wasior mengungsi di Manokwari ataupun Nabire pascabanjir yang meluluh lantakkan wilayah tersebut.
"Mereka kemungkinan besar baru akan kembali setelah situasi kembali normal, dan sudah ada tempat tinggal sementara atau permanen bagi mereka di Wasior," katanya.
Bupati juga menambahkan, pihaknya berkoordinasi dengan pemerintah provinsi terkait relokasi warga. "Belum diputuskan apakah akan dilakukan relokasi, dan wilayah mana yang akan menjadi tujuan relokasi, usulan saya sementara ini ke Kecamatan Kuri Wamesa," katanya.
Sementara itu, lembaga kemanusiaan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) akan meminta persetujuan pemerintah kabupaten untuk membangun shelter atau pemukiman sementara bagi para korban banjir agar dapat kembali pulang ke Wasior. Direktur Program ACT Bayu Gawtama mengatakan shelter yang terdiri dari bangunan rumah sementara dan fasilitas umum tersebut bisa menampung antara 70 hingga 100 kepala keluarga, tergantung dari luas lahan.