REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR--Probosutedjo adik mantan Presiden Soeharto mengatakan pemerintah perlu menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada rakyat mengenai apa yang dituduhkan kepada penguasa orde baru untuk mengembalikan nama baiknya.
"Tuduhan-tuduhan yang disampaikan kepada mantan Presiden Soeharto semuanya tidak benar," kata Probo di sela menghadiri peringatan 1000 hari almarhum mantan Presden Soeharto di Astana Giribangun, Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (22/10).
Seteleh lengser, lanjutnya, Soeharto dituduh memiliki kekayaan berupa uang yang disimpan di luar negeri seperti Amerika Serikat, Perancis. "Bahkan saya beserta Soeharto juga dituduh menyimpan uang di Solo sebanyak Rp 8 triliun," katanya.
Semuanya itu telah dicek dan tidak ada buktinya, apalagi menyimpan uang Rp 8 triliun. "Tuduhan-tuduhan ini tidak terbukti semestinya pemerintah sekarang ini menjelaskan kepada rakyat yang sebenarnya agar rakyat itu mengerti persoalan tersebut, tidak terus dibiarkan saja," keluh Probo.
Dia mengatakan apa yang dilakukan mantan Presiden Soeharto dalam menjalankan pemerintahan semuanya tercatat dengan rapi. "Silakan baca bukunya ada enam jilid yang sekarang berada di Dalem Kalitan Solo," katanya.
Probo mengatakan apa yang dilakukan Soeharto dalam menjalankan tugas sewaktu memerintah dicatat dengan baik dan meskipun penghasilan negara waktu itu masih sedikit juga bisa membangun untuk rakyat. "Waktu itu penghasilan negara hanya Rp 300 triliun tetapi bisa membangun untuk menyejahterakan rakyat, tetapi sekarang negara penghasilannya mencapai Rp 1000 triliun tidak bisa membangun," katanya.
Menyinggung mengenai pengusulan gelar Pahlawan Nasional Soeharto, Probo mengatakan semua ini terserah pemerintah, tetapi kalau dilihat dari jasa-jasanya baik di bidang militer maupun lainnya semua sudah mengetahui.
Sementara Bupati Karanganyar Rina Iriani Sri Ratnaningsih, mengatakan rakyat Karanganyar telah mengusulkan ke Pemerintah Pusat bahwa mantan Presiden Soeharto telah layak mendapat gelar Pahlawan Nasional. Usulan itu datang dari berbagai lapisan masyarakat di Karanganyar.
Ikuti Whatsapp Channel Republika