REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah menyepakati besaran defisit anggaran pada 2011 mendatang menjadi 1,8 persen atau lebih tinggi dari asumsi awal 1,7 persen. Pembiayaan defisit tersebut akan dilakukan melalui jalan utang dan non utang.
Ketua Panja Asumsi Dasar Banggar Olly Dondokambey mengatakan besaran defisit yang disepakati dalam pembahasan sebesar Rp 124,656 triliun atau 1,8 persen dari Produk Domestik Bruto Rp 7.019,9 triliun.
Hal ini mengacu dari perhitungan pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1.104,901 triliun dan belanja negara sebesar Rp 1.229,558 triliun. Dalam rangka pengendalian defisit itu, kata dia, maka disepakati bahwa pemerintah akan melakukan penghematan belanja barang.
"Khususnya perjalanan dinas dalam pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2011 supaya lebih efektif dan efisien," ujarnya, saat rapat kerja pembahasan APBN 2011, antara Badan Anggaran dengan Pemerintah, Senin (25/10) sore.
Menurutnya untuk menutupi defisit itu dilakukan melalui pembiyaaan non utang sebesar negatif Rp 2,387 triliun dan pembiayaan utang sebesar Rp 127,044 triliun.
Pembiayaan dari utang, lanjut Olly, antara lain berasal dari pembiayaan utang luar negeri (netto) Rp 609,5 miliar, Surat Berharga Negara (netto) Rp. 126,653 triliun dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 1 triliun.
Dalam pembahasan itu DPR dan Pemerintah juga menyepakati untuk meningkatkan penerimaan perpajakan. Tax ratio (rasio perpajakan terhadap PDB) dari sebelum 12 persen atau Rp 839,540 triliun naik menjadi 12,1 persen atau Rp 850,255 triliun.
Penerimaan perpajakan itu antara lain berasal dari Pajak Dalam Negeri sebesar Rp 827,246 triliun dan Pajak Perdagangan Internasional sebesar Rp 23,009 triliun.
Pjs Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan Agus Supriyanto mengatakan defisit sebesar 1,8 persen itu merupakan angka yang moderat sesuai dengan kapasitas pemerintah.
"Saya rasa ini sudah oke 1,8 persen, ada yang minta 2,1 persen tapi itu terlalu tinggi, malah inflasi kalau dipaksakan," ujarnya. Melebarnya besaran defisit itu tidak terlepas dari meningkatnya angka pertumbuhan dari sebelumnya 6,3 persen menjadi 6,4 persen. "Konsekuensinya defisit itu bertambah," kata dia.
Dijelaskan oleh Agus untuk inflasi masih dipertahankan sebesar 5,3 persen. Dibatalkannya kenaikan TDL pada awal tahun 2011 mendatang, menurutnya membuat tekanan inflasi lebih rendah. Meski demikian dia tetap mengkhawatirkan adanya tekanan ada volatile foods.
"Kalau yang core inflation dan administred price itu bisa dijaga tapi kalau yang volatile food ini bisa dari imported inflation dengan harga pangan dunia yang meningkat. kemudian dalam negeri masalah musiman cuaca yang tidak jelas," paparnya.
Dibatalkannya kenaikan TDL juga turut meningkatkan besaran subsidi Pada 2011. Besaran subsidi energi ditetapkan sebesar Rp 136,614 triliun atau lebih besar dari rencana awal Rp 133,806 triliun.