Sabtu 06 Nov 2010 02:28 WIB

Target Paket Bom Printer dari Yaman Belum Jelas

Rep: Wulan Tunjung Palupi/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS--Seorang pejabat Prancis menyatakan, bom yang terdapat dalam paket yang dikirimkan dari Yaman dijinakkan 17 menit sebelum meledak. Masalah waktu ini menjadi krusial karena terkait dengan siapa sebenarnya yang ditargetkan oleh teroris.

"Salah satu paket yang dijinakkan hanya 17 menit sebelum saat yang ditetapkan untuk meledak," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Brice Hortefeux pada wawancara dengan televisi nasional Prancis, Jumat (5/11). Namun ia tidak memberikan komentar lebih lanjut mengenai bom yang berhasil dicegat di Dubai, Uni Emirat Arab dan Inggris.

Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan, pertanyaan mengenai target waktu bom yang ditemukan di Inggris dan Uni Emirat Arab masih dalam penyelidikan dan tidak ada informasi yang menyatakan bahwa waktu bom tersebut sudah terungkap.

Koordinator antiterorisme Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Daniel Benjamin juga mempertanyakan komentar menteri Prancis tersebut. "Sepengetahuan kami adalah penyidik masih meneliti sekring dan waktu ledakan sehingga saya tidak dapat memastikan hal itu sekarang," katanya kepada wartawan di Rotterdam.

Seorang pejabat pemerintah di Inggris mengatakan, bom yang ditemukan masih diteliti oleh tim forensik dan itu belum ditentukan seberapa dekat kapan bom itu direncanakan akan meledak.

"Jika pernyataan menteri dalam negeri mengacu pada bom yang ditemukan gudang Federal Express (Fedex) di Dubai, maka itu tidak benar," kata seorang sumber keamanan di Uni Emirat Arab yang terlibat dalam penyelidikan.

Hortefeux tidak mengatakan dari mana dia mendapat informasi tentang waktu bom, meskipun para pejabat intelijen AS dan Eropa diketahui telah bekerjasama meneliti plot pengeboman.

Menanggapi paket bom dari Yaman, Swedia mengubah status rekomendasi perjalanan menuju Yaman, mereka mencegah warganya pergi ke negara tersebut. Kementerian luar negeri Swedia menyatakan, konflik di Yaman Utara dan penculikan terhadap orang asing di Yaman Selatan membuat mereka mengeluarkan rekomendasi tersebut.

Paket kiriman udara yang ternyata berisi bom itu ditujukan ke sebuah alamat di Chicago, AS. Namun paket itu berhasil dicegah saat melalui pemeriksaan di Inggris dan UAE.

Saat ditemukan, paket bom yang disisipkan di dalam printer itu menggunakan telepon genggam sebagai detonator. Namun kartu SIM ponsel itu telah dicabut dan telepon tidak dapat digunakan untuk menerima panggilan.

Para pejabat intelijen di AS mengatakan bahwa setiap bom menempel pada jarum suntik yang mengandung azida timbal, sebuah inisiator kimia yang akan meledakkan bahan peledak PETN yang dikemas ke dalam setiap tinta cartridge printer. Baik PETN dan jarum suntik digunakan dalam pemboman Natal lalu yang gagal pada sebuah pesawat tujuan Detroit.

Hingga saat ini para penyelidik fokus pada anggota faksi Al Qaidah yang terlibat dalam bom natal lalu. Pihak berwenang percaya master pembuat bom, Ibrahim al-Asiri adalah oknum di balik bom asal  Yaman kali ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement