REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang tengah digodok pemerintah akan membuat ketentuan pengembangan kelapa sawit berkelanjutan tak hanya bergantung pada Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO). Namun menurut peneliti senior Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Donald Siahaan, hal tersebut pun bukan berarti ISPO merupakan saingan dari RSPO.
“Antara ISPO dan RSPO bukan saling saing. Kita tetap berkomitmen mendukung aspek lingkungan, makanya Indonesia sekarang merancang ISPO yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Dengan ISPO ini juga agar Indonesia tidak didrive oleh pihak asing,” papar Donald, usai peluncuran International Conference and Exhibition On Palm Oil di Jakarta, Rabu (10/11).
Kendati demikian, Donald menuturkan hendaknya penerapan ISPO di tahap awal tidak terlalu memberatkan industri kelapa sawit. “Di awal penerapan ISPO bisa seperti berupa pembinaan untuk masuk ke industri kelapa sawit yang berkelanjutan dan memperhatikan aspek lingkungan,” cetusnya.
Selanjutnya, ujar dia, penerapan dan kriteria dalam ISPO dapat disesuaikan dengan perkembangan industri. Donald pun memaparkan saat ini komitmen pembeli yang tergabung di RSPO masih terbilang lemah. Pasalnya walau CPO bersertifikasi RSPO telah tersedia, pembeli yang bergabung di RSPO belum secara total membeli produksi dari perusahaan bersertifikasi.
Pembeli di RSPO cenderung menunda pembelian CPO bersertifikasi pada 2013-2015. Dengan demikian, kata Donald, merupakan hal yang wajar jika ada perusahaan kelapa sawit yang ingin keluar dari RSPO. Hal itu pun, lanjutnya, tidak akan membawa pengaruh pada ekspor CPO tanah air.