REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Korea Utara menembakkan artileri ke satu pulau perbatasan Korea Selatan, Selasa (23/11), menimbulkan korban dan memicu baku tembak dengan pasukan Korsel, kata para pejabat dan laporan-laporan. Penembakan itu terjadi setelah Korut mengungkapkan tentang kegiatan program pengayaan uraniumnya yang telah berjalan--tahap kedua untuk membuat senjata nuklir--yang menimbulkan kecemasan serius bagi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Sekitar 50 peluru artileri Korea Utara mendarat di pulau Yeonpyeong, Korea Selatan, dekat perbatasan Laut Kuning yang tegang, menimbulkan beberapa orang cedera dan kerusakan belasan rumah, kata stasiun televisi YTN. Empat tentara Korsel cedera akibat serangan artileri Korut itu, kata kantor berita Yonhap.
Militer Korsel dalam siaga tinggi, kata kementerian pertahanan, dan YTN memberitakan jet-jet Angkatan Udara Korsel dikerahkan ke pulau itu. Tetapi seorang juru bicara kementerian itu mengemukakan kepada AFP: "Satuan artileri Korut melancarkan provokasi penembakan ilegal pada pukul 14:34 waktu setempat (12:34 WIB) dan pasukan Korsel segera membalas untuk mempertahankan diri."
Seorang penduduk pulau itu, Lee Jong-Sik mengemukakan kepada YTN: "Paling tidak 10 rumah terbakar. Saya tidak melihat secara jelas asap itu. Lereng-lereng bukit juga ditembaki. "Kami diberitahu melalui siaran-siaran pengeras suara agar meninggalkan rumah-rumah kami."
Gambar televisi menunjukkan asap hitam terlihat di pulau itu.
Ketegangan di semenanjung yang terbagi dua itu tidak mereda sejak tenggelamnya sebuah kapal perang Korsel Maret, yang menurut Seoul akibat kena serangan torpedo Korut. Pyongyang membantah keras tuduhan itu.
Pada Oktober lalu, pasukan Korut dan Korsel terlibat baku tembak di perbatasan Perang Dingin mereka, bertepatan dengan keadaan darurat bagi militer Korsel menjelang KTT G-20 para pemimpin dunia di Seoul awal bulan ini.
Insiden terbaru itu meletus ketika seorang utusan khusus AS bertolak menuju China, Selasa. Kunjungan itu dalam usaha meminta bantuan China menghentikan proyek nuklir baru Pyongyang. Pakar nuklir AS yang menyebutnya satu program mutakhir Korut untuk memperkaya uranium.
Stephen Bosworth juga mengunjungi Korsel dan Jepang pekan ini untuk membicarakan hal itu. Program nuklir itu dinilai para pejabat AS memungkinkan Korut membangun bom-bom atom baru, pada saat negara itu sedang melakukan perubahan dinasti kekuasaan.