REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND - Seorang gadis Muslim di Maryland yang memperkuat regu basket sekolahnya menangis setelah dia dipaksa keluar pada paruh pertama pertandingan basket oleh seorang wasit. Alasan sang wasit, jilbabnya menimbulkan resiko keselamatan.
Wasit bersikeras, jilbab yang dikenakan bisa mencekiknya. Pilihannya, Haq melepas jilbab atau keluar lapangan.
Aksi pengeluaran Maheed Haq, nama pebasket itu, mengundang protes pelatih dan anggota regunya. Setelah pertandingan dihentikan sementara, administrator liga memutuskan untuk memperbolehkan Haq kembali bermain.
Dr Mohammad dan Anina Haq, orangtuanya, menyatakan putri mereka menangis setelah dia dipanggil keluar.
Daphnie V Campbell, koordinator liga, mengambil jalan tengah. Dia menyatakan orang tua si gadis harus memberikan surat yang menyatakan bahwa jilbab adalah bagian dari agama putri mereka dan bertanggung jawab untuk setiap cidera. Campbell menyatakan tindakan yang dilakukan wasit adalah benar.
Pelatihnya Mark Kershner, yang tidak ingin membawanya keluar dari permainan, mengaku ia kecewa dengan tindakan wasit. Ia menyatakan, sudah puluhan kali atletnya main, dan tak pernah ada masalah. "Anda bisa melihat bahwa dia secara emosional terpengaruh," kata Kershner.
Juru bicara Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR), Ibrahim Hooper, mengatakan tak semestinya olah raga mendiskriminasi perempuan berjilbab. Dia mengatakan kasus seperti ini biasanya dapat diselesaikan dengan kerjasama dari kedua belah pihak.