REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Setiap tahun 4,1 juta pasien rumah sakit di Eropa terinfeksi bakteri MRSA. MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) adalah jenis bakteri Staph ditemukan pada kulit dan dalam hidung ataupun pada lipatan kulit lainnya yang resisten terhadap antibiotika yaitu kemampuan untuk menolak antibiotik. Kasus kematian akibat terinfeksi MRSA 37 ribu orang per tahun. Guna meningkatkan tingkat higienis rumah sakit, diupayakan pengawasan lebih ketat.
Di seluruh Jerman setiap tahunnya sekiar 35 ribu pasien dan pekerja rumah sakit terinfeksi bakteri MRSA. Yakni bakteri tipe Staphylococcus aureus yang kebal terhadap beberapa jenis antibiotika, dan misalnya pada tindakan operasi dapat menyebabkan infeksi berat. Akibat meningkatnya penyebaran bakteri yang multiresisten tersebut, di Rumah Sakit Universitas Essen menetapkan semua pasien yang akan dirawat harus menjalani prosedur pemeriksaan bakteri MRSA.
Seorang pasien, Hanz Riebling, menyatakan prosedurnya sangat singkat dan tidak sakit. "Dilakukan pengambilan sejumlah sampel. Kemudian saya dibawa ke sebuah kamar tertutup dan kulit saya diberi salep dan obat," ujarnya.
Pria berusia 66 tahun itu menghadapi operasi berat yakni amputasi separuh kaki untuk kedua kakinya, karena Heinz Riebling menderita diabetes. Tapi setelah hasil pemeriksaan di awal masa perawatannya di rumah sakit, operasi itu harus ditunda sampai perawatan antiseptik terhadap bakteri berbahaya MRSA pada kulitnya, menunjukkan kemajuan.
Riebling adalah satu dari 500 pasien di Rumah Sakit Universitas Essen yang diketahui mengidap bakteri MRSA. Calon pasien yang dari hasil pemeriksaan awal terbukti sebagai pembawa MRSA, kemudian dirawat terpisah di kamar isolasi. Ini upaya guna mencegah bakteri MRSA menular ke pasien lainnya.
Wakil ketua perhimpunan Jerman untuk higiene, Profesor Walter Popp, menyatakan alasan lain scan itu. "Kami ingin melindungi pekerja kami. Beberapa tahun terakhir asuransi mengakui meningkatnya infeksi MRSA sebagai penyakit akibat risiko kerja," ujarnya.
MRSA, bakteri yang resisten terhadap beberapa antibiotika tersebut dapat menyebabkan penyakit serius. Oleh sebab itu rumah sakit-rumah sakit semakin mendapat tekanan. Gugatan ganti rugi akibat kurangnya higienis dan pemeriksaan biaya perawatan oleh perusahaan asuransi bukan lagi hal yang jarang. Selain itu muncul rasa tidak aman yang besar di kalangan pasien dan pekerja rumah sakit, karena tidak ada yang tahu apakah pasien yang baru masuk terinfeksi MRSA atau tidak.
Namun menurut Profesor Dr. Andreas Mügge di Rumah Sakit Universitas Bochum, upaya memerangi secara luas bakteri MRSA sementara ini masih gagal akibat sarana perlengkapan rumah sakit. Karena hanya dengan pemeriksaan infeksi MRSA pada pasien yang akan dirawat tidak cukup. Logistik di rumah sakit juga harus dijaga dan tahu apa yang harus dilakukan dengan pasien yang diisolasi.