REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - PResiden Mesir, Hosni Mubarak menyebutkan aksi protes pada awal pidatonya dengan menyatakan orang-orang muda memiliki hak untuk demonstrasi damai. Tapi nada dengan cepat berbalik menuduh, dengan mengatakan para pengunjuk rasa telah "dimanfaatkan" oleh orang-orang mencoba "merongrong pemerintah".
Dalam pidato itu, pria berusia 82 tahun itu juga menyatakan tak akan mencalonkan diri keenam kalinya dalam pemilu yang akan diselenggarakan tahun ini. Namun ia menolak untuk mengundurkan diri.
alih-alih memenuhi tuntutan demonstran, ia menyatakan tetap akan memimpin hingga pemilu tiba. "Saya akan menggunakan sisa bulan masa jabatan saya ntuk memenuhi tuntutan rakyat," katanya.
Ia berjanji akan mengawasi pemerintahan transisi sampai pemilihan presiden berikutnya, yang dijadwalkan September 2011.
Mubarak berjanji melakukan reformasi konstitusi, khususnya Pasal 76, yang membuatnya hampir tidak mungkin bagi calon independen untuk mencalonkan diri jadi presiden. Dan ia mengatakan pemerintah akan berfokus pada peningkatan perekonomian dan penyediaan lapangan kerja.
"Pemerintah baru saya akan responsif terhadap kebutuhan orang muda," katanya. "Ini akan memenuhi permintaan tersebut dan membantu kembalinya stabilitas dan keamanan."
Mubarak juga menyatakan bahwa ia akan "mati di negeri ini" - sebuah pesan kepada pengunjuk rasa bahwa ia tidak berencana untuk melarikan diri ke pengasingan seperti mantan Presiden Tunisia terguling, Zine El Abidine Ben Ali.