REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Massa di Tahrim Square, Kairo, tetap satu suara. Wartawan Al Jazeera Ayman Mohyeldin yang selama sepekan ini akun Twitternya menjadi rujukan berita terkini Mesir menyatakan mereka sepakat menolak pidato Presiden Hosni Mubarak.
Ia juga menyebut sinyalemen bahwa gerakan massa hanya dimotori kubu Islamis adalah salah besar. Demo Mesir, katanya, melibatkan semua masyarakat yang marah dengan Mubarak. "Kaum Muslim, Kristen, dan sekuler bergandengn tangan di Tahrim Square," katanya.
Kemarin, Perdana Menteri Israel, Benyamin netanyahu mengingatkan para pemimpin Barat untuk tidak mendorong Mubarak lengser. Menurutnya, kelompok Islamis ada di balik unjuk rasa rakyat dan siap mengambil alih pemerintahan Mesir. "Bila hal ini terjadi, maka akan menjadi ancaman bagi perdamaian Timur Tengah," ujarnya.
Tak satu pun dari para demonstran yang diwawancarai mengatakan mereka akan menerima Mubarak menyelesaikan masa jabatannya. "Dia harus pergi sekarang," kata Hassan Moussa di Tahrir Square hanya beberapa menit setelah pengumuman Mubarak.
"Kami tidak akan menerima dia memimpin hingga September, atau menyerahkan kekuasaan untuk wakil presiden yang baru dilantiknya, Omar Suleiman. Mereka harus mundur sekarang," katanya.
Pengunjuk rasa lainnya, Saber Shanan berkata: "Aku akan tinggal di sini sampai aku mati atau sampai perubahan sistem terjadi."