REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO—Tekanan terhadap demonstran untuk menghentikan aksinya menuntut Presiden Mubarak mundur mulai gencar. Ini menyusul pidato Mubarak yang berjanji mengawal transisi kekuasaan secara damai di sisa masa kepresidenannya yang delapan bulan.
Usai pidato Mubarak, juru bicara militer muncul di televisi menghimbau rakyat untuk menghentikan demonstrasi. “Anda telah tampil untuk mengekspresikan tuntutan dan Anda pula yang mampu mengembalikan kehidupan normal di Mesir,” kata jubir militer Ismail Etman. “Pesan anda telah sampai, tuntutan Anda telah didengar.”
Pernyataan ini mencerminkan perubahan sikap militer setelah sebelumnya menyatakan tak akan menggunakan kekerasan terhadap demonstran yang turun ke jalan.
Usai pernyataan ini, televisi lokal menayangkan teks berjalan yang mengatakan militer meminta demonstran untuk pulang ke rumah demi terciptanya kembali stabilitas. Jaringan internet pun mulai dihidupkan dan jam malam diperlonggar.
Seiring dengan itu, muncul pula kelompok pendukung Mubarak dalam jumlah besar, mencapai puluhan ribu. Mereka berpawai di jalanan Kairo. Kemunculan ini meningkatkan resiko terjadi bentrokan antara dua kubu massa yang berlawanan. Di Alexandria, bentrokan antara massa anti dan pro Mubarak pecah sebelum mampu diatasi oleh militer.
Di Taman Tahrir, militer dan para sukarelawan membentuk pagar betis untuk memisahkan kelompok anti dan pro Mubarak. Pagar ini diperkuat pula oleh barikade jalan.
Munculnya sekelompok warga pro-Mubarak dalam jumlah besar dinilai sebagai upaya rezim untuk memberi tekanan kepada para demonstran. “Dimulai dengan pidato emosional Mubarak, penutupan bank, berkurangnya stok pangan dan pengerahan sekelompok orang-orang yang mengintimidasi, semua ini dimaksudkan untuk menekan rakyat,” ungkap Ahmed Abdel Hamid dari Komite Revolusi yang menggalang demonstrasi di Taman Tahrir.
Sementara itu, partai pendukung Mubarak, Nasional Demokratik, mulai mengeluarkan pernyataan yang berupaya mencitrakan rezim yang ada sebagai satu-satunya jalan menuju keamanan dan stabilitas usai kacaunya kehidupan normal di Mesir.
Beberapa pendukung Mubarak khawatir berlanjutnya krisis pangan dan kebutuhan lain jika demonstrasi di taman tahrir berlanjut. “Saya ingin orang-orang di Taman Tahrir mengerti bahwa Mubarak berjanji akan mengembalikan negara ini kepada rakyat melalui pemilu damai. Sekarang tak ada alasan bagi mereka untuk berdemo,” kata Ali Mahmoud, 52, warga kelas menengah dari Menoufia, utara Kairo.
Di luar Masjid Mustafa Mahmud di Kairo, di kawasan perumahan elite Mohandiseen, beberapa ribu warga melambaikan bendera Mesir dan membawa spanduk bergambar wajah Mubarak pertanda mendukung Mubarak. Aksi mereka dikawal oleh polisi. Mobil-mobil yang lalu lalang terdengar membunyikan klakson pertanda dukungan.