REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO - Asma Mahfouz, pegiat terkemuka Mesir, mengatakan dia menerima ancaman pembunuhan dari anggota partai berkuasa NDP (National Democratic Party). Mahfouz merupakan salah seorang pemimpin unjuk rasa di Lapangan Tahrir.
Kepada TV BBC Bahasa Arab, Mahfouz terus menyemangati para demonstran anti-pemerintah untuk terus bergerak menggulingkan Presiden Hosni Mubarak. "Saya membuat video untuk meminta orang jangan takut dan bertanya berapa lama mereka hidup dalam ketakutan,'' katanya. ''Kita harus turun ke jalan dan banyak kaum pria di Mesir sehingga kita bisa melindungi diri dari para pendukung kasar Mubarak.''
Karena aksinya tersebut, Mahfouz mengaku mendapat banyak telepon dari orang-orang Mubarak yang memerintahkan saya jangan ke luar rumah. ''Mereka mengatakan bahwa saya akan dibunuh bersama keluarga saya," ujar Mahfouz.
Sementara itu, ribuan pendukung Mubarak berusaha menguasai jalan-jalan menuju ke Bundaran Tahrir, pusat kota Kairo, yang menjadi tempat terkonsenstrasinya pengunjuk rasa oposisi anti-Mubarak. Namun, mereka segera dihalau tentara agar menjauh.
Kelompok pro-Mubarak mulai tampak dari Jalan Qasrul Aini, arah sebelah barat Tahrir. "Hidup Mesir, hidup pahlawan kami Mubarak," teriak pendukung orang nomor satu di negeri Piramida itu.
Pada Jumat (4/2) pagi, jalan-jalan menuju ke Tahrir tampak sepi. Namun sekitar pukul 8.30 waktu setempat atau setengah jam setelah berlalunya pemberlakuan jam malam, para pendukung Mubarak mulai terlihat dari arah jalan Qasrul Aini. Jam malam berlaku mulai pukul 15.00 hingga pukul 8.00 pagi sejak Jumat pekan lalu.