REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Media Al Jazeera melaporkan, massa pengunjuk rasa pro-demokrasi "lebih tersinggung daripada sebelumnya" saat mendengar bahwa niat Mubarak untuk tetap berkuasa sampai September. Mereka bertekad untuk tetap bertahan di Tahrir Square sampai tuntutan mereka dipenuhi.
Demonstran pro-demokrasi di Mesir yang menyerukan seluruh rakyat untuk turun ke jalan di seluruh negeri dalam apa yang disebut-sebut menjadi aksi protes terbesar di negeri itu. Massa yang berkumpul di Tahrir Square usai shalat Jumat, meneriakkan "tentara dan rakyat adalah satu, bergandengan tangan".
Dalam pernyataan yang dibacakan di televisi negara pada tengah hari, militer mengumumkan bahwa mereka akan mencabutundang-undang darurat yang telah berumur 30 tahun "jika sudah tepat waktunya".
Pihak militer mengatakan akan menjamin perubahan konstitusi serta pemilihan yang bebas dan adil.
Al Jazeera melaporkan kondisi massa di Tahrir Square sebagai "Mereka frustrasi, mereka marah, dan mereka mengatakan protes perlu keluar dari TahrirSquare, ke ambang pintu lembaga-lembaga politik," tulisnya.
Pidato Mubarak pada Kamis malam menjadi antiklimaks, karena massa menduga dia akan mengumumkan pengunduran diri. Rakyat meneriakkan, "Keledai, Pergilah!" berkali-kali sebelum siaran pidato Mubarak rampung.
Rabab Al Mahdi, seorang profesor di Universitas Amerika di Kairo, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tingkat kemarahan dan frustrasi di lapangan itu "belum pernah terjadi sebelumnya".
"Hal ini menempatkan kita ke dalam situasi kacau yang dapat berubah setiap saat," katanya, seraya menambahkan bahwa fakta bahwa Mubarak "selama lebih dari 10 menit, sedang berbicara tentang dirinya sendiri - sangat narsis, sekali lagi, memberikan pesan bahwa dia masih memegang kontrol, dan ini dengan sendirinya, membuat orang tersinggung."