REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Pemrotes Mesir yang berada di Lapangan Tahrir di Kairo pusat selama 18 hari menyatakan akan pulang setelah merayakan pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak pada Jumat. "Kita akhirnya bisa pulang," teriak Mohammed Ibrahim (38), seorang penyelenggara protes. "Kita telah berada di sini selama 18 hari menunggu ia mundur, dan kita berhasil."
Pemrotes yang menduduki lapangan itu tidak memiliki organisasi pusat yang mengarahkan mereka, namun sejumlah orang yang berbicara kepada AFP mengatakan, mereka akan bermalam di lapangan itu untuk merayakan kemenangan mereka sebelum berkemas dan pulang. Protes anti-pemerintah meletus pada 25 Januari, menewaskan sedikitnya 300 orang dan banyak orang terluka atau ditahan.
Wakil Presiden Omar Suleiman hari Jumat mengumumkan pengunduran diri Mubarak di televisi pemerintah dan dewan militer menjalankan roda pemerintahan. Mubarak mundur setelah lebih dari sejuta orang memadati jalan-jalan di Mesir seusai sholat Jumat di berbagai penjuru negara itu untuk menuntut pengunduran dirinya.Pada jumat pagi, militer menjamin bahwa reformasi demokratis akan dilaksanakan di Mesir.
Pelajaran bagi Arab
Sementara itu, kelompok kuat Ikhwanul Muslimin Yordania menyatakan, pengunduran diri Mubarak pada Jumat harus menjadi "pelajaran" bagi seluruh rezim Arab. "Rezim Arab harus mengkaji pelajaran dari apa yang terjadi. Semua rakyat Arab menderita akibat korupsi rejim mereka," kata Jamil Abu Baker, juru bicara kelompok itu, kepada AFP.
"Kepergian Mubarak seharusnya terjadi sejak awal. Itu wajar setelah masa penindasan dan korupsinya. Selamat kepada orang-orang kami di Mesir," katanya. Abu Baker mengatakan, kelompoknya "berhubungan dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir".
"Kami mendengarkan pandangan mereka meski mereka kini sibuk," tambahnya. Banyak orang Yordania mendatangi Kedutaan Besar Mesir di Amman untuk merayakan kejatuhan Mubarak.