Senin 14 Feb 2011 14:03 WIB

TNI Tidak Lakukan Rekayasa Konflik Sara

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menyatakan, TNI tidak merekayasa apalagi terlibat dalam sejumlah konflik horisontal yang belakangan terjadi di Tanah Air.

"Tidak ada itu. TNI tidak main-main seperti itu," katanya, ketika ditemui ANTARA di ruang kerjanya Mabes TNI Cilangkap, Senin.

Ia menyatakan, TNI komitmen untuk melaksanakan reformasi internalnya dan menjauhkan campur tangan politik. "TNI sama sekali tidak terlibat politik, apalagi merancang konflik untuk kepentingan tertentu. TNI netral," kata Agus menegaskan.

Konflik horisontal berlatar belakangan agama, seperti aksi massa di Kecamatan Cikeusik, Pandeglang, Banten dan Temanggung, Jawa tengah, ditengarai dirancang oleh pihak tertentu untuk kepentingan pihak tertentu.

TNI sempat ditengarai berada di balik aksi massa yang berujung korban jiwa dan materi itu, untuk kepentingan politik tertentu. Meski begitu, lanjut Panglima TNI, modus yang digunakan dalam aksi massa oleh pihak tertentu itu, tergolong baru.

"Biasanya jika terjadi aksi massa, aparat bisa dengan mudah mengurai kekuatan massa yang ada. Namun, yang terjadi massa justru masif dan sulit diurai, sehingga aksi berdampak luas," tuturnya.

Keterlibatan pihak tertentu dalam aksi massa berlatar belakang SARA itu dikemukakan banyak pihak antara lain Komisi Nasional HAM dan Kepolisian RI.

Temuan sementara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyebutkan, kekerasan di Pandeglang direkayasa untuk kepentingan tertentu sehingga semestinya bisa dicegah, tetapi seperti sengaja dibiarkan.

Tak hanya itu, banyak pihak menilai kesiapan aparat keamanan yang kurang optimal menjadi salah satu pendorong kekerasan massa terjadi. Kekerasan terhadap warga Ahmadiyah dan kerusuhan di Temanggung seharusnya dapat dihindari jika aparat keamanan sigap.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement