Selasa 22 Feb 2011 03:19 WIB

Harlah NU, PPP Diundang, PKB dan PKNU Diabaikan

Rep: erik purnama putra/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Deklarasi sejumlah kyai pondok pesantren (ponpes) di Jatim beberapa waktu lalu di Ponpes Lirboyo Kediri yang menyatakan diri bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sepertinya mulai diikuti struktural Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim).

Itu terbukti dalam kegiatan seminar nasional terkait peringatan Harlah NU ke-85, dengan tema “NKRI, Aswaja, dan Masa Depan Politik Islam Nusantara, di Hotel Bumi Surabaya, Selasa (22/2), PWNU Jatim selaku penyelenggara tidak mengundang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) maupun Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).

Sebaliknya, mereka mengundang Ketua Umum (Ketum) PPP Suryadharma Ali, Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Ketum Partai Golkar Aburizal Bakrie, dan perwakilan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP sebab Megawati Soekarnoputri berhalangan hadir.

Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim, KH Mutawakkil Alallah mengatakan, kegiatan seminar nasional itu semata-mata bertujuan untuk mengetahui komitmen parpol-parpol terhadap keberadaan NKRI, Aswaja dan dunia perpolitikan Islam Nusantara ala Wali Songo.

Karena waktunya sangat terbatas maka, kata Mutawakkil, harus ada skala prioritas parpol mana yang layak diundang.  "Kalau diundang semua itu bukan namanya seminar. Sehingga harus ada skala prioritas yang bisa merepresentasikan dan menyesuaikan dengan tema,” ujar pengasuh Mutawakkil di Kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al Akbar Timur, Surabaya, Senin (21/2).

Menurut Mutawakkil, target seminar bukan penguatan pada parpol tertentu. Melainkan untuk melihat komitmen parpol terhadap NU. Pasalnya, sikap NU dalam berbangsa dan bernegara sudah jelas, yakni NKRI adalah harga mati. Mengingat para pendiri NU berperan dalam mencetuskan NKRI sebagai model negara yang dengan kehidupan masyarakat yang pluralis.

”Tak ada kepentingan politik like and dislike dalam seminar ini. PPP kami undang karena mewakili partai berasas Islam dan warga NU banyak yang disana,” terangnya. Ia melanjutkan, PKB versi Muhaimin tidak diundang karena kami khawatir justru akan menimbulkan permasalahan baru karena diprotes PKB kubu Lily Wahid maupun Yenny Wahid. “Sedangkan PKNU tidak diundang menjadi narasumber karena belum menjadi partai besar,” tegas Mutawakkil.

Sedangkan, Sekretaris PWNU Jatim, Mashudi Muchtar, menilai tema seminar nasional itu sudah ditentukan jauh hari sebelum marak kerusuhan berlatar belakang agama. Apalagi ia menengarai sekarang ini ada pihak-pihak yang mencoba merobek NKRI, sehingga tema yang diusungnya tepat. “Kami ingin tahu apakah konsep parpol-parpol besar di Indonesia dalam mengawal NKRI juga sama dengan konsep para pendiri bangsa ini,” kata Mashudi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement