REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Rabu (23/2) malam menelepon Presiden Mesiko, Felipe Calderon, terkait kasus pembunuhan agen AS di Meksiko. Keduanya akan bertemu pekan depan.
Obama berterima kasih kepada Calderon atas upaya Meksiko untuk memberikan keadilan bagi kasus pembunuhan agen khusus Dinas Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) AS, Jaime Zapata. Termasuk penangkapan salah satu tersangka pembunuhannya pada Rabu.
"Obama mengatakan baik AS maupun Meksiko tidak akan mentoleransi kekerasan terhadap mereka yang melayani serta melindungi warga negara kita, seperti halnya agen khusus Zapata yang telah mengorbankan jiwanya," kata Gedung Putih.
Zapata dan agen ICE lainnya, Victor Avila, ditembak pada 15 Februari lalu ketika mengendarai kendaraan lapis baja dari kota San Luis Potosi menuju Mexico City. Keduanya ditembaki di sebuah wilayah yang dilanda kekerasan narkoba.
Kematian Zapata merupakan kematian pertama agen AS di tanah Meksiko sejak 1985. Hal ini tentunya memicu kemarahan di Amerika Serikat. Sementara, Avila terluka dan masih dalam masa pemulilhan.
Sejak menjabat presiden pada Desember 2006, Calderon telah meningkatkan upaya memerangi pengedar narkoba dengan mengerahkan tentara serta polisi. Angka perhitungan resmi menyebutkan sekitar 32.000 orang tewas sejak perang tersebut dimulai.
Dalam sebuah wawancara dengan harian Meksiko El Universal, Calderon mengritik sejumlah dinas AS atas kegagalannya berperan dalam perang terhadap kartel narkoba. Calderon kemudian menuduh pemerintah AS gagal menangkal peningkatan konsumsi narkoba ataupun aliran senjata ke Meksiko. Meskipun, mereka mengirim bantuan senilai 1,4 miliar dolar AS untuk latihan, peralatan, dan bantuan lainnya guna memerangi kartel narkoba Meksiko.