REPUBLIKA.CO.ID, VLADIVOSTOK/YUZHNO-SAKHALINSK - Tingkat radiasi dalam keadaan normal pada Jumat (18/3) pagi di Wilayah Primorye Rusia dan Sakhalin meski angin bertiup dari Laut Jepang.
Rusia mulai memantau tingkat radiasi di Timur Jauh setelah substansi radioaktif bocor dari ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima 1 di Jepang.
"Hembusan angin berubah pada Jumat, dan kini datang ke Primorye dari tenggara, dari Laut Jepang. Namun demikian, angin tidak akan membawa asap radioaktif ke daerah itu. "Angin tidak membawa banyak udara dengan tingkat radiasi di atas normal," kata satu sumber di badan meteorologi setempat.
Primorye, termasuk Vladivostok, kota terbesar Rusia di Pasifik, paparan rata-rata debu radiokatif bervariasi antara 10-15 micro-roentgen per jam. Sedangkan di Sakhalin mencapau kisaran 5-15 micro-roentgen per jam.
Paparan rata-rata meningkat sampai 30 micro-roentgen per jam masih dianggap normal. Dalam upaya untuk menghindari kepanikan di antara penduduk, pemerintah telah meluncurkan sambungan langsung Kamchatka, yang memungkinkan setiap warga setempat untuk menerima hasil pemantauan radiasi langsung dan kapan saja.
Sementara itu, Reuters melaporkan, gumpalan asap putih atau uap terlihat meningkat dari ledakan reaktor unit Dua, Tiga dan Empat. Pejabat nuklir Jepang tidak mengomentari penyebab asap.
Sistem-sistem pendinginan dari PLTN Fukushima 1 dihantam oleh gempa 9,0 skala Richter yang kuat dan tsunami yang melanda Jepang pekan lalu.
Pada awal pekan ini, ledakan dilaporkan di unit Satu, Dua dan Tiga, dan setidaknya dua kebakaran di fasilitas penyimpanan bahan bakar nuklir pada unit Empat. Suhu tetap tinggi di unit-unit reaktor Lima dan Enam.