Senin 14 Mar 2011 13:38 WIB

Chaves: Serang Libya, AS Akan Dipermalukan Seperti di Vietnam

Anggota pasukan oposisi berjaga di kawasan timur Libya
Foto: AP
Anggota pasukan oposisi berjaga di kawasan timur Libya

REPUBLIKA.CO.ID, Meksiko City - Pemimpin vokal Venezuela Hugo Chavez memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Libya. "Jika Yankee-Yankee itu ... menyerang Libya, mereka akan menghadapi Vietnam yang baru, dan harga minyak akan melambung menjadi 200 dolar AS per barel," kata Chavez di televisi nasional pada Ahad.

Amerika Serikat kehilangan sekitar 60 ribu tentara dalam Perang Vietnam.

Chavez mengatakan, perang sipil sedang berlangsung di Libya dan menambahkan bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki hak untuk menyerang negara yang berdaulat.

Ribuan warga Libya telah tewas sejak aksi protes anti-pemerintah pertama pecah pada 15 Februari, dengan menuntut berakhirnya pemerintahan 42 tahun pemimpin Libya Moamar Qaddafi. Chavez mengulangi seruannya 28 Februari, menghimbau komunitas internasional untuk membentuk misi perantara guna menyelesaikan krisis Libya, bukannya ikut campur tangan dengan mengirimkan militer asing ke negara itu.

Sementara itu pemerintah Libya Ahad mengatakan negara itu menyambut baik panel Uni Afrika yang dibentuk untuk upaya mengakhiri krisis Libya dan menyatakan mereka akan mempermudah pekerjaan panel itu.

Tapi di sisi lain, pemerintah Libya mengecam resolusi Liga Arab yang meminta zona larangan terbang diterapkan di negara yang dilanda pemberontakan tersebut. "Pemerintah Libya akan mengambil semua langkah untuk menyambut baik anggota-anggotanya (panel Afrika) dan memberikan semua fasilitas bagi tercapainya tujuan misi itu," kata televisi negara Libya, yang mengutip pernyataan resmi terhadap misi AU tersebut.

Uni Afrika Jumat lalu mengumumkan bahwa para pemimpin Afrika Selatan, Uganda, Mauritania, Kongo dan Mali akan membentuk panel AU yang akan melakukan perjalanan ke Libya tak lama lagi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement