REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG--Virus flu babi H1N1 telah menyebar secara diam-diam pada babi di Hong Kong dan bertukar gen dengan virus lain. Para peneliti mengatakan temuan itu mendukung seruan bagi pengawasan lebih ketat penyakit pada babi sebelum virus tersebut menyerang manusia dan obat baru dapat dihasilkan.
Temuan yang disiarkan di majalah Science, Jumat (18/6), penting karena mendukung teori bahwa virus flu yang menyerang babi dapat bertukar gen dengan virus lain yang ada pada hewan tersebut, termasuk virus yang lebih berbahaya seperti virus flu unggas H5N1 atau H9N2.
Malik Peiris, ahli mengenai influenza yang mengerjakan studi itu, mengatakan temuan tersebut menggarisbawahi pentingnya pengawasan penyakit pada babi. "Itu memperlihatkan virus wabah dapat dengan mudah kembali ke babi. Segera setelah itu terjadi, virus tersebut dapat menyebar lagi bersama virus lain babi dan meningkatkan potensi konsekuensi yang tak terduga," kata Peiris, profesor mikrobiologi di University of Hong Kong.
Peiris dan rekannya, termasuk Guan Yi di University of Hong Kong, telah menemukan virus wabah H1N1 pada kain penyeka hidung dari babi yang kelihatan sehat di rumah jagal Hong Kong selama pemeriksaan rutin sejak Oktober 2009.
"Dari analisis genetika, apa yang ditunjukkan ialah masing-masing virus yang kami temukan pada babi tersebut berasal dari manusia," kata Peiris dalam satu wawacaran telefon dengan wartawan Reuters, Tan Ee Lyn. "Tak mengejutkan karena virus wabah muncul dari babi, jadi tak mengejutkan bahwa virus itu kembali ke babi," katanya.
Satu sampel yang dipisahkan dari babi di Hong Kong pada Januari 2010 membawa gen dari tiga virus --wabah H1N1, H1N1 "seperti virus unggas" Eropa dan apa yang disebut virus "triple reassortant", yang berisi sedikit virus flu unggas, babi dan manusia yang pertama kali ditemukan di Amerika Utara pada 1998.
"Ini menunjukkan babi adalah tempat virus wabah mungkin sebenarnya berubah dan menyebar kembali serta memperoleh kandungan baru yang mungkin," kata Peiris.
Virus wabah tersebut pada manusia telah sangat stabil. "Virus tak berubah sama sekali, bahkan meskipun orang prihatin itu mungkin menyebar kembali dan bercampur dengan virus manusia ... tapi tampaknya virus itu dapat bercampur dengan virus flu lain (pada babi)," katanya.
Penelitian genetika telah menunjukkan H1N1, yang pertama kali diidentifikasi pada April 2009, dan pada kenyataannya telah beredar selama setidaknya satu dasawarsa dan barangkali pada babi. Kendati ada pemantauan ketat pada ternak untuk melindungi mereka dari manusia, sedikit pemeriksaan dilakukan secara global untuk melihat apakah makanan ternak terinfeksi dan jika iya, oleh virus apa.
Beragam studi dalam satu tahun belakangan telah menunjukkan babi di Kanada dan negara lain tertular virus wabah H1N1, yang terbukti dibawa ke hewan oleh manusia. "Saya harus menekankan poin ini bahwa itu sama sekali tak berarti babi berbahaya untuk dimakan (jika dimasak dengan baik). Maksudnya ialah penting untuk melakukan pengawasan sistematis pada babi sehingga kita mengetahui apa yang terjadi pada babi sehubungan dengan virus influenza pada umumnya dan virus wabah pada khususnya," kata Peiris.