REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA--Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dr Edvin Aldrian di Jakarta, menyatakan fenomena banjir bandang di Negara Bagian Queensland, Australia, disebabkan suhu laut yang panas di utara Australia. Di kawasan ini suhu sedang ekstrem panas yang mencapai 31 derajat Celcius sampai-sampai bisa memicu banjir di Australia. "Setahun ini memang luar biasa panas (di utara Australia -red)," katanya.
Ia menolak anggapan bahwa fenomena banjir Australia ini terkait dengan La Nina. Turunnya salju di selatan Australia pada musim panas juga merupakan pengaruh dari suhu laut panas di utara Australia ini, jelasnya.
"Karena tropisnya panas jadi tekanan rendah sehingga menarik massa udara dari lintang tinggi sampai dari sub polar dan mnyebabkan turun salju di selatan Australia (yang selama ini tidak pernah turun salju meski pada musim dingin- red)," katanya.
Ia mengakui bahwa Indonesia perlu waspada juga dengan fenomena suhu laut panas ekstrem di selatan Indonesia ini, namun tidak mengartikan bahwa akan ada banjir bandang juga di Indonesia dalam waktu dekat ini.
"Tidak bisa begitu, karena sangat sporadik. Ini dinamika laut," katanya. Ia mengakui bahwa banjir musim panas di Australia ini terkait erat dengan fenomena perubahan iklim.