REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK - Anda selalu merasa lelah, lesu dan tidak bersemangat? Bisa jadi Anda menderita Sindroma Kelelahan Kronis (Chronic Fatigue Syndrome). Sebuah kelainan kompleks yang dapat menyebabkan orang merasa luar biasa lelah.
Lembaga kesehatan Amerika memperkirakan sekitar satu hingga empat juta warga AS menderita CFS. Sindrom yang kini sudah diakui sebagai sebuah kelainan kesehatan.
CFS juga dapat menyebabkan kelemahan fisik, nyeri otot dan sendi, gangguan pada daya ingat atau daya pikir, atau gangguan tidur. Banyak penderita CFS suhu tubuhnya lebih tinggi daripada suhu tubuh normal. Mereka juga mengalami sakit tenggorokan, dan merasa lemah di kelenjar getah bening di dekat tengkuk atau di bawah lengan.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika (CDC) memperkirakan antara satu juta dan empat juta orang Amerika menderita akibat sindroma ini. Mereka yang mengidapnya seringkali tidak mampu melakukan kegiatan seperti pada waktu mereka sehat. Beristirahat lama di tempat tidur tidak meredakan masalah. Meningkatnya aktivitas fisik kerap memperburuk kondisi mereka.
Sejauh ini, belum ada tes untuk mendeteksi CFS. Alih-alih, dokter menggunakan sejarah kesehatan pasien dan melakukan tes untuk menghilangkan kondisi-kondisi lain yang dapat diobati. Mereka yang dinyatakan mengidap CFS harus mengalami paling sedikit empat gejalanya selama sekurangnya enam bulan.
CFS tidak diterima luas sebagai masalah kesehatan hingga akhir 1980-an. Sebelum itu, banyak orang yang mengidapnya dianggap mengalami gangguan jiwa atau stres.
Belum diketahui penyebab gangguan ini. Para ilmuwan telah mempelajari kondisi dan penyebabnya selama ratusan tahun. Beberapa di antara mereka meyakini penyebabnya adalah infeksi virus.
Bulan lalu, para pakar mendesak Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika, FDA, agar melarang pengidap CFS menyumbangkan darah. Para pakar memperhatikan ada hasil saling bertentangan mengenai keterkaitan antara gangguan itu dan sekelompok virus yang dikenal sebagai Virus Leukemia Murine, MLV. MLV adalah sejenis retrovirus yang dikenal sebagai penyebab kanker pada tikus, di antaranya, Virus Terkait MLV Xenotropic, atau XMRV.
Tahun lalu, para periset mengetes darah dari 37 pasien CFS. Mereka juga memperhatikan 44 donatur darah yang sehat. Mereka melaporkan ada MLV pada 87 persen pasien CFS, dan tujuh persen pada donor yang sehat.
Hal itu mendukung penelitian 2009 yang mendapati bukti XMRV pada sekitar dua pertiga pasien CFS. Namun, penelitian serupa tidak mendapati keterkaitan itu.
Laporan dalam jurnal Retrovirology baru-baru ini mendapati XMRV bukan penyebab Sindroma Kelelahan Kronis. Para periset mengatakan sampel darah pada berbagai penelitian sebelumnya kemungkinan tercampur dengan DNA dari tikus.
FDA belum mengambil keputusan mengenai apakah akan melarang para donor penderita CFS menyumbangkan darah mereka. Tetapi Palang Merah Amerika mengatakan, demi keselamatan umum, Palang Merah tidak lagi menerima sumbangan darah dari orang-orang yang mengaku mengidap CFS.