Selasa 27 Jul 2010 02:13 WIB

Walah, Tukang Bubut Kuasai Jaringan Peredaran Narkoba Ibuk Kota

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—-Seorang tukang bubut berinisial JJH (50 tahun) menjadi bandar besar narkoba di DKI Jakarta. Pelaku tak hanya memproduksi narkoba, namun menghasilkan alat pembuat yang disalurkan pada sejumlah produsen di Indonesia.

Pengungkapan tabir kejahatan pelaku berawal dari terbongkarnya pabrik narkoba di apartemen The City Resort Tower Bougenville, Kamis (8/7). ''Dari pengungkapan kasus itu kami ketahui peranan pelaku dalam menyuplai alat pembuat narkoba untuk sejumlah bandar,'' kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Boy Rafli Amar dalam konferensi pers, Senin (26/7).

Setelah mendapatkan informasi tentang sepak terjang JJH, polisi melakukan pengintaian di kediaman pelaku. Petugas kemudian menyamar sebagai salah satu pelanggan. Setelah melakukan transaksi, petugas langsung melakukan penggerebekan.

Bersama tersangka diamankan ratusan pil ekstasi, beberapa bahan prekrusor, serta bubuk pembuat ekstasi. ''Kami amankan pelaku di kediamannya JL Maliboro Blok F Kalideres. Setelah pengungkapan itu polisi mendapati informasi tentang adanya pabrik lain di daerah Penjaringan, Jakarta Utara,'' Jelas Boy.

Di Penjaringan, polisi mendapati beberapa bahan kimia serta alat pembuat dan pencetak pil ekstasi. ''Kami kemudian mengetahui jika tersangka juga menciptakan alat pembuat. Kemampuan ilmu teknik yang dia kuasai, dimanfaatkan untuk menciptakan alat pembuat narkoba,'' kata Boy.

Dari keterangannya pada petugas, pelaku mengaku jika sejumlah alat telah djual ke sejumlah produsen narkoba di pelosok Jakarta. Barang tersebut juga disalurkan ke beberapa produsen yang sudah tertangkap, termasuk di apartemnen City Tower Resort.

Sebagai pengedar, JJH tergolong pemain besar. Ini tampak dari kemampuannya menghasilkan barang haram narkoba. ''Setiap jamnya, pelaku mampu memproduksi sekitar 3 ribu butir pil. Ini dihasilkan dari alat yang dia ciptakan,'' tambah Kabid Humas.

Dengan kemampuannya ini, pelaku menghasilkan keuntungan hingga 2 miliar tiap bulannya.

Dalam konferensi pers yang dihadiri sejumlah petinggi Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya, turut ditampilkan alat pembuat ciptaan pelaku. Sekilas, alat tersebut menyerupai mesin jahit. Ukurannya yang kecil tak menutupi kemampuan produksi alat tersebut. ''Mesin ini bisa menghasilkan 5 ribu ekstasi setiap jamnya,'' jelas Boy.

Selain alat, polisi menujukkan barang buatan pelaku. Barang-barang tersebut, kata Boy, termasuk narkoba kualitas satu. Itu artinya, narkoba yang dihasilkan pelaku setara dengan ekstasi buatan luar negeri.

''Barang kualitas bagus ini yang kemudian diedarkan ke sejumlah tempat dan klub malam di Jakarta,'' kata Kasat II Psikotropika, AKBP Hendra Joni menambahkan.

Pelaku yang turut dihadirkan dalam konferensi pers siang itu, enggan memberi komentar tetang kasus yang menjeratnya. JJH hanya menunduk sembari menutupi wajah paruh bayanya dengan pakaian tahanan berwarna oranye.

Ketika ditanya sejak kapan dia terlibat narkoba, JJH mengacungkan jari lima. Dia mengaku baru lima bulan menjalani praktik haramnya. Namun pengakuan pelaku langsung disanggah Hendra Joni. ''Dia sudah sekitar setahun. Sepanjang masa itu, pelaku menjadi target buruan kami,'' jelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement