REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tingginya pergesekan dan persinggungan antara sesama sopir angkot, membuat Suku Dinas Perhubungan Jakarta Utara berinisiatif untuk mempertemukan pengurus angkot.
Pertemuan tersebut rencananya akan digelar Senin (20/9) menyusul adanya saling bersitegang antar sesama sopir angkot pasca-pengalihan arus lalu lintas di Jalan RE Martadinata ke Sunter. "Kami besok akan mengadakan rapat di kantor wali kota bersama camat, pengurus angkot, dan lurah," kata Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian, Sudin Perhubungan Jakarta Utara, Syamsul Mirwan, Ahad (19/9).
Menurut Syamsul, pertemuan tersebut untuk memberikan pengertian kepada para pengurus angkot agar saling menerima kebijakan pengalihan itu. Sebab jika melalui jalur Warakas atau Kampung Bahari, jalannya terlalu berkelok-kelok. "Sepertinya sopir angkot itu harus lewat tol," lanjutnya. Hal itu, kata dia, sama dengan jalur bus yang juga melewati jalan tol.
Bus angkutan ke Terminal Tanjung Priok yang biasanya melewati Jalan RE Martadinata terpaksa harus dialihkan ke jalur tol sejak peristiwa amblasnya jalan tersebut, Kamis (16/9) lalu. Namun, pihaknya akan mengusahakan adanya keringanan tarif tol bagi angkutan-angkutan umum tersebu t.
"Kompensasi tol kami usahakan, tapi tergantung pihak tol atau Binamarga," jelasnya. Pihaknya berharap Jasamarga bisa memberikan keringanan biaya. Pengalihan jalur itu menurutnya, kemungkinan besar akan berjalan sekitar tiga bulan. Hal itu karena untuk mengembalikan jalur ke jalan semula harus menunggu perbaikan jalan RE Martadinata.