REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Polda Metro Jaya menyelidiki peredaran senjata api ilegal-rakitan dan bahan peledak. Peredaran tersebut dinilai sangat meresahkan masyarakat, karena kerap dijadikan alat untuk mencuri yang disertai melukai bahkan membunuh korban.
Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Sujarno mengatakan peredaran senjata api ilegal masih marak di masyarakat sehingga pihaknya menggelar Operasi Sendak (Senjata Api dan Bahan Peledak). Dirinya menambahkan saat ini masih ada 4.000 senjata api yang beredar di masyakarat dengan surat perizinan yang sudah habis masa waktunya.
"Nantinya surat perizinan itu boleh diperpanjang, namun senjatanya harus kita simpan," kata Sujarno di Mainhall Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (1/12). Dirinya khawatir senjata api yang semula berizin kemudian habis masa berlakunya digunakan untuk memuluskan aksi tindak pidana. Kemungkinan lainnya, senjata api itu bisa dicuri oknum tidak bertanggungjawab dan digunakan untuk aksi kejahatan.
Selain itu, polisi juga akan terus mencari keberadaan senjata api ilegal yang masih beredar luas di kalangan masyarakat dan digunakan untuk melakukan aksi kejahatan. Dalam Operasi Pekat dan Sikat Jaya 2010, polisi mengamankan 15 pucuk senjata api ilegal dari tangan pelaku kejahatan. Senjata tersebut terdiri dari organik dan rakitan. Puluhan butir peluru juga diamankan.
Tidak kurang dari sepuluh orang pengguna senjata api tersebut ikut diciduk dan ditahan pihaknya. Saat dimintai keterangan, tersangka pengguna senjata api itu mengaku mendapatkan senjata api rakitan dan ilegal dari pasar gelap. "Kita akan usut sampai ke akar-akarnya," terang Sujarno. Dia mengatakan penyelidikan ini juga dilakukan untuk menciptakan suasana perayaan hari raya natal dan tahun baru yang kondusif.
Sujarno mengatakan senjata api kerap digunakan untuk memuluskan aksi kejahatan. Saat menemukan saksi mata, pelaku kejahatan langsung menodongkan senjata api untuk menakuti warga. Ada juga yang langsung menembak hingga tewas.
Sujarno menilai senjata api rakitan banyak kejanggalannya. Akurasi senjata api tersebut diragukan. "Kalau untuk jarak dekat mungkin, tapi tidak untuk jarak jauh," terangnya. Tempat pengisian peluru memang sudah sesuai, seperti senjata api rakitan revolver kaliber 38 yang dipegangnya.
Namun demikian, dirinya kesulitan untuk mengoperasikannya, karena penembakan bukan melalui pemicu tetapi kokang. Selain itu, senjata api rakitan kerap tidak tepat sasaran. Saat ditembak lurus, pelurunya justru melenceng.