REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-– Sebanyak 11 menara rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di DKI Jakarta belum dihuni. Beberapa diantaranya terletak di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara dan Pinus Elok di Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintahan DKI Jakarta, Agus Subardono mengatakan alasan utamanya adalah belum diselesaikan secara tuntas. “Misalnya belum dipasang listrik dan air,” katanya saat ditemui pada Rabu, (16/2).
Tak hanya itu, ia berdalih untuk menempati rusunawa yang dibangun DKI, warga pun harus diseleksi. Targetnya, warga di bantaran kali dan warga di bawah jalan tol yang didahulukan. Setelah itu baru masyarakat umum yang berpenghasilan rendah.
“Mendapatkan satu unit di rusunawa tidak mudah. Kalau dibuka untuk umum, dalam tempo satu pekan semua mau, bisa langsung habis,” katanya.
Persyaratannya antara lain harus tercatat sebagai penduduk DKI Jakarta hingga penghasilan dalam satu bulan. Namun, hal yang terpenting adalah pengecekan dilapangan bagi calon warga yang akan tinggal di sana. Dikhawatirkan pemalsuan dokumen pribadi bisa terjadi, sehingga bisa merugikan.
Ia mengatakan untuk satu unit kamar, harga sewa yang ditetapkan Pemprov DKI Jakarta berkisar Rp120ribu hingga Rp350 ribu. Namun, ia menyesalkan dengan harga yang dipatok murah itu masih banyak penghuni rusunawa yang menunggak. “Bahkan ada yang menunggak hingga 2 tahun,” katanya.