REPUBLIKA.CO.ID,SOLO---Distribusi elpiji ukuran 3 kg di Kota Solo yang rencananya menggunakan sistem tertutup tetap akan melibatkan pengecer. Semua pengecer diperkenankan menjual elpiji ukuran 3 kg meskipun tidak memiliki alat pembaca kartu kendali atau elektronik data capture (EDC) yang menjadi syarat pembelian.
“Semua pengecer bisa jual elpiji ukuran 3 kg. Mereka nanti dapat mencatat transaksi penjualan dengan /log book/ atau catatan manual, “ ujar ketua pengawas rayonisasi elpiji Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Solo, Budi Prasetyo seusai rapat koordinasi di Balaikota Solo, Jumat (24/9).
Sebelumnya, untuk menerapkan system distribusi tertutup tersebut, pemerintah hanya membagikan 600 EDC bagi pangkalan di Kota Solo. Padahal, jumlah pangkalan yang ada di Solo sejumlah 1.035. Jumlah tersebut belum ditambah dengan pengecer yang tidak terdaftar. “Penerima EDC nanti akan didata dulu oleh konsultan, “ ujar Budi.
Disinggung terkait pengawasan distribusi tertutup, Budi menerangkan pihaknya akan menerapkan pembedaan warna segel pada tabung elpiji. “Segel tabung elpiji akan berbeda di tiap daerah sehingga pangkalan tidak bisa sembarangan membeli dan menjual. Untuk di Solo nanti segel berwarna pink, “ ujarnya. Untuk sementara ini, Budi mengatakan segel tabung yang beredar di Kota Solo ada yang berwarna putih karena kebutuhan elpiji masih harus dibantu Kabupaten Karanganyar.
Sementara itu, pelaksanaan distribusi tertutup yang ditargetkan dapat dimulai pada November mendatang terancam molor. Hal ini lantaran pendataan agen, pangkalan, dan pengguna elpiji 3 kg baru akan dilakukan pada akhir September ini. “Kita masih cari data dulu untuk mendesain penataan distribusinya bagaimana. Kita target 1,5 bulan, tapi bisa tentatif hingga Desember nanti, “ ujar Kaibon rasirekayasa Ditjen Migas korwil Solo dan Purbalingga, Sodiqin.
Diterangkannya, desain distribusi tertutup untuk wilayah Solo hingga saat ini masih belum disusun. Untuk data penerima kartu kendali, ujarnya, akan memakai data penerima paket perdana saat konversi elpiji diluncurkan pada 2007. “Tapi rencananya data awal itu, masih akan kita sinkronkan dengan data yang lain agar lebih tepat sasaran, “ ujarnya. Pada 2007 lalu, 137.051 warga Solo mendapat paket konversi minyak tanah ke gas.
Kaibon rasirekayasa Dirjen Migas, Okin Riyanti menambahkan pihaknya akan menggandeng konsultan khusus untuk sosialisasi dan edukasi. “Ini program baru sehingga sosialisasi dan edukasi masyarakat menjadi penting dalam mensukseskan pelaksanaannya, “ ujar Okin. Hal ini dilakukan, ujarnya, agar program tersebut lebih tepat guna.