Selasa 28 Sep 2010 02:33 WIB

Cuaca tak Menentu, Budi Daya Palawija Hancur

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU--Anomali cuaca yang terjadi saat ini telah berakibat buruk pada budi daya berbagai jenis palawija. Hujan yang terus turun di musim kemaran, membuat produksi palawija menurun drastis. Para petani pun harus menanggung kerugian.

Salah satu kerugian itu dialami para petani semangka di Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu. Produksi semangka mereka turun sekitar 50 persen akibat banyaknya tanaman semangka yang mati. ''Tanaman mati karena terlalu banyak air,'' ujar salah seorang petani asal Desa Plosokerep, Surnandi, Senin (27/9).

Surnandi menyebutkan, dalam kondisi normal, semangka yang bisa dipanennya bisa mencapai sepuluh ton per hektare. Namun saat ini, panen semangkanya hanya sekitar lima ton per hektare. Dia mengungkapkan, modal yang dikeluarkan untuk menanam semangka sekitar Rp 7 juta per hektare. Sedangkan harga semangka saat ini, mencapai Rp 1.500 per kilogam. Karenanya, dia terpaksa harus menanggung kerugian. ''Sudah capek menanam, malah rugi,'' tuturnya.

Hal serupa dialami para petani timun di desa tersebut. Hujan yang sempat berhenti pada awal musim kemarau, membuat mereka menanam timun. Namun ternyata, hujan kembali turan ketika tanaman mereka masih dalam pertumbuhan. ''Tanaman jadi mati,'' kata seorang petani, Karnoto.

Sementara itu, penurunan produksi juga dialami para petani bawang merah di Desa Patrol Baru, Kecamatan Patrol. Hujan yang sering turun di musim kemarau, membuat tanaman bawang merah menjadi rusak. Menurut seorang petani setempat, Hadi, kerusakan tanaman dimulai dari akarnya yang rusak dan pertumbuhan daun yang tidak sempurna. Setelah itu, akar menjadi busuk dan akhirnya tanaman pun mati.

Hadi menjelaskan, selama masa tanam bawnag, telah mengeluarkan modal sekitar Rp 30 juta. Namun saat panen sebelum lebaran lalu, hasil panenya hanya sekitar lima ton per bau (1 bau = 0,75 hektare). Padahal dalam kondisi normal, panen bawang merah bisa mencapai sepuluh ton per bau.

Namun, Hadi mengaku masih beruntung karena harga jual bawang merah sebelum lebaran cukup tinggi. Akibatnya, kerugian yang dialaminya tidak terlalu besar. Hadi mengungkapkan, saat ini dia dan petani bawang merah lainnya belum dapat memulai kembali penanaman. Padahal, dalam kondisi normal, penanaman bawnag bisa dilakukan tiga kali selama musim kemarau.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement