REPUBLIKA.CO.ID, CINANGKA--Kegempaan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Rabu (3/11) berjumlah 618 kali, bahkan dentuman yang dikeluarkan sebanyak empat kali membuat kaca Pos Pemantau di Cinangka, Kabupaten Serang, bergetar.
"Getaran yang dikeluarkan oleh aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK), bukan saja terjadi sekali, namun beberapa kali, sejak status GAK naik ke level II dari I, aktif normal," kata Kepala Pos GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Provinsi Banten, Anton S Pambudi, Kamis.
Sementara itu menurut data visual yang terekap di pos pemantau GAK, dari 618 kegempaan, terinci, vulkanik dalam 21 kali, vulkanik dangkal 113 kali, hembusan 114 kali, tremor 217 kali, satu kali tektonik jauh
"Untuk ketinggian asap dengan warna hitam kelabu menggumpal 100 sampai 1.500 meter, dan telah terjadi lima kali dentuman," katanya menambahkan.
Mengenai adanya larangan mendekat ke lokasi GAK, Anton meminta warga untuk mematuhi, karena dikhawatirkan material bebatuan dan gas yang dikeluarkan oleh gunung terjadi lagi. "Material batu keluar hanya sesekali, jika terjadi letusan dan dentuman, begitupun dengan gas yang beracun," katanya menambahkan.
Sejak ditetapkannya status 'waspada' GAK, ratusan nelayan yang berada di Pasauran dan Anyer, Kabupaten Serang melakukan aktivitasnya seperti biasanya. Namun mereka tidak berani sampai mendekat ke GAK. "Saya hanya tidak melaut satu hari saja, saat letusan GAK terdengar minggu lalu. Tapi sekarang saya dan teman-teman sudah berani melaut, itupun kami tidak berani ke tengah," kata salah seoarang nelayan di Anyer, Doni.