Sabtu 13 Nov 2010 22:50 WIB

Dinas Peternakan Gunung Kidul Periksa Sapi Pengungsi

Sapi salah satu warga Gunung Merapi
Sapi salah satu warga Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL--Dinas Peternakan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memeriksa kondisi kesehatan puluhan sapi yang dibawa kalangan pengungsi letusan Gunung Merapi. "Kami sudah menerjunkan dokter hewan yang bertugas di Unit Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) terdekat dengan keberadaan hewan ternak yang dibawa kalangan pengungsi ke Gunung Kidul untuk memeriksa kondisi kesehatan sapi," kata Kepala Dinas Peternakan Gunung Kidul Setyawan, di Wonosari, Sabtu.

Dia mengatakan hewan ternak yang dibawa pengungsi sebagian besar jenis sapi perah, sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan belum ditemukan adanya penyakit berbahaya atau penyakit hewan menular.

"Puskeswan yang melakukan pantauan tidak menemukan penyakit berbahaya, kondisi sapi hanya mengalami stres dan lemas karena dalam waktu relatif pendek harus berpindah-pindah tempat hingga berkali-kali. Sapi belum dapat beradaptasi dengan lingkungan baru di Gunung Kidul yang suhu udaranya lebih panas dan berbeda dengan daerah di kaki Gunung Merapi," katanya.

Dia mengatakan sapi-sapi tersebut belum dapat diperah susunya karena masih dalam kondisi stres dan lemas sehingga diperkirakan dalam waktu tiga sampai empat hari ke depan sudah dapat berproduksi kembali. "Sapi perah yang mengalami stres memerlukan waktu paling sedikit 10 hari untuk kembali pulih dan memproduksi susu, kemungkinan dalam waktu tiga hingga empat hari sudah dapat produksi lagi," katanya.

Sementara itu pengungsi dari Kecamatan Cangkringan yang mengungsi di Dusun Temuireng, Girisekar, Panggang, Didit mengatakan sapi perah yang dibawanya hanya bisa memproduksi dua liter susu per hari, padahal biasanya menghasilkan 10 liter per hari dengan harga jual susu Rp4.800 per kilogram.

"Produksi susu sapi setelah di pengungsian turun drastis karena per ekor hanya menghasilkan dua liter susu setiap hari yang sebelumnya dapat mencapai 10 liter dengan harga jual Rp4.800 per liter," katanya.

Menurut dia, produksi susu selama di pengungsian hanya dibagi-bagikan ke sesama pengungsi dan warga di sekitar tempat pengungsian.

sumber : Ant
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement