REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Walikota Solo Joko Widodo mengemukakan, dalam lima tahun mendatang, pembangunan Kota Solo akan dirancang dengan menyatukan nilai budaya dengan lingkungan yang diistilahkan dengan konsep eco-cultural (eco-budaya).
Untuk mewujudkan konsep ini, Pemkot Solo telah membentuk tim yang akan membuat detail konsep tersebut yang terdiri dari Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Tata Ruang Kota (DTRK), serta unsur pemerintahan wilayah.
Salah satu konsep makronya adalah pembuatan hutan kota melalui perbanyakan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Idealnya, RTH kota Solo adalah 30 persen dari keseluruhan wilayah. ''Akan tetapi, RTH Solo baru mencapai 18 persen,'' katanya, belum lama ini.
Untuk meningkatkan luasan RTH, Pemkot akan memanfaatkan lahan-lahan kosong guna dijadikan hutan kota. Pada tahapan awal, pemkot akan menginventarisasi tanah negara, dan tanah-tanah negara itulah yang nantinya akan dijadikan hutan kota.
Selain pembuatan hutan kota, konsep eco budaya juga diwujudkan dengan pagar hijau baik di instansi pemerintah maupun swasta serta rumah warga. Sebagai contoh penggantian pagar beton menjadi pagar hijau yang dilaksanakan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan bulan Juni lalu.
Kegiatan serupa juga dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Koperasi dan UKM, serta Kantor Pemadam Kebakaran. Pembangunan pagar hijau ini telah dimulai sejak bulan Juni 2010.