REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Kementerian Kesehatan memperingatkan warga Yogyakarta serta para pengungsi agar tak mengonsumsi air sungai di hilir Kali Code dan Kali Gendol.
"Kualitas air minum masih bagus. Tapi, jangan minum air sungai karena banyak partikel masih lewat di permukaan," jelas Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan & Desentralisasi Kemenkes, Khrisnajaya, akhir pekan lalu.
Dari hasil surveilance Kemenkes, air sumur di radius 5-9 kilometer dari puncak masih dalam kondisi baik berada jauh dari permukaan tanah. Sementara air yang berada di permukaan seperti sungai yang dilalui aliran lahar bekas letusan Merapi tak layak diminum.
Pasalnya, ada sisa material vulkanik yang hanyut. Ditambah pula debu mikro 10 milimeter. "Surveilance dilakukan termasuk udara. Banyak bahan partikel masih di atas ambang baku," jelas Khrisnajaya.
Partikel-partikel kecil tadi dikhawatirkan menjadi iritan atau menganggu pernafasan. Begitu pula endapan partikel di bawah 10 milimiter yang berada di permukaan air dapat mengganggu kualitasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Priyanto Jarot Nugroho, menerangkan pihaknya tengah mengantisipasi krisis air bersih di daerah rawan bencana dengan menggandeng PDAM. Namun, diakuinya adanya miskomunikasi dengan pihak PDAM sehingga terbengkalai hingga dua hari.
Kendala di Magelang terlihat di Kecamatan Srubung, Sawangan, dan Dukun yang tak bisa dropping air. Pasalnya,warga masih banyak di pengungsian dan ada perbaikan jaringan listrik PT PLN. "Koordinasi di lapangan tak cepat di lapangan 2 hari sebelumnya tapi tak lapor," sebut Priyanto.