REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG--Pembersihan Candi Borobudur dari abu vulkanik Gunung Merapi telah dimulai sejak Selasa (30/11) pukul 08.00 WIB. Namun, pembersihan basah sempat tertunda karena hujan. "Kendalanya hanya cuaca saja," kata Kepala Bagian Tata Usaha, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Wiwit Kasyati, di halaman Candi Borobudur.
Meskipun, teknis pembersihan kedua ini adalah pembersihan basah. Akan tetapi air hujan tetap tidak memberikan pengaruh signifikan pada pembersihan. Hujan hanya membuat pekerjaan tertunda karena para pekerja dan relawan tidak naik untuk membersihkan.
Candi yang dibangun pada abad ke 8 ini harus disemprot menggunakan steam cleaner. Beberapa alat steam itu mirip dengan yang digunakan pada bengkel-bengkel pencucian motor. Beberapa yang lain, adalah steam khusus dengan tenaga listrik. Dengan alat ini, tekanan air bisa mengangkat debu di sela-sela batu.
Karena tekanan yang tinggi dari steam cleaner itu, para pekerja yang membersihkan candi, tidak bisa sembarangan menyemprot. Untuk batu-batu polos, setidaknya harus mengambil jarak satu lengan. "Sedangkan untuk bagian relief lebih jauh lagi jaraknya," ujar Wiwit. Karena tekanan yang besar dikhawatirkan merusak relief.
Saat pembersihan basah selesai, candi akan kembali pada warna semulanya, hitam. Saat ini karena masih tertutup debu vulkanik warnanya menjadi abu-abu. Pencucian candi yang terletak bersebelahan dengan Bukit Menoreh itu harus meliputi seluruh permukaan candi. Tercatat sekitar 15.000 meter persegi lebih luasan permukaan yang harus dibersihkan.
Saat ini meskipun dibantu dengan relawan, petugas tetap yang membersihkan candi hanya sekitar 60 orang saja. Total dana yang dikeluarkan untuk pembersihan kering dan basah semua diambil dari APBN. "Sekitar Rp 250 juta. Belum terhitung alat yang dibantu Direktorat Peninggalan Purbakala, Rp 120 juta seperti vacum, steam, dan lain lain," kata Wiwit.
Sementara itu, menurut salah satu pekerja, Puji, kendala lain yang harus dihadapi adalah kelistrikan. "kalau lampu tidak nyala air tidak sampai keatas," ujarnya. Mesin diesel yang disediakan ternyata tidak kuat mengangkat air. Hal ini sempat terjadi pada hari pertama pembersihan basah Candi Borobudur. Terpaksa petugas bekerja manual dengan sikat halus untuk membersihkan debu.