REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO--Langit di atas Gunung Bromo memerah. Meski Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan aktivitas Bromo menurun, namun gunung itu terus mengeluarkan erupsi asap bercampur abu dan gas belerang.
Kondisi tersebut membuat langit di atas Gunung Bromo memerah, seperti diselimuti awan merah. Pemandangan itu terlihat indah. Sebab, cuaca di kawasan gunung berketinggian 2.392 meter di atas laut (Dpl) tersebut cukup cerah.
Sinar matahari dengan leluasa menyirami kawasan Bromo dan gunung-gunung yang berdekatan. Misalnya, Gunung Batok, Gunung Jantur, Gunung Kures, Gunung Darder dan lain sebagainya.
Makanya, para wisatawan, petugas yang sedang melakukan antisipasi penanggulangan bencana Bromo, dan wartawan bukannya takut malah mengabadikan momen tersebut. ‘’Ini kejadian langka, harus diabadikan,’’ kata Aisya, wisawatan yang mengaku berasal dari Surabaya di Cemorolawang. Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo.
Kejadian langka sebagai fenomena alam itu juga diakui Ketua Tim Tanggap Darurat Bromo, Gede Suantikan. Menurut pejabat dari PVMBG Bandung ini, kondisi Bromo Rabu (1/12) ini memang menurun dibandingkan dengan tanggal 26, 27 dan 28 November 2010 lalu.
Meski asap yang dikeluarkan cukup tebal, berwarna coklat kemerah-merahan, aktivitas vulkaniknya mulai menurun. Dia menunjukkan hasil rekaman data aktivitas Bromo di Pos Pengamatan Bromo, Dusung Cemorolawang, Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo selama enam jam terakhir sejak pukul 00.00-06 WIB.
Berdasarkan data tersebut, terekam gempa vulkanik sebanyak 10 kali dengan amplitudo 14-38 milimeter. Gempa tersebut rata-rata terjadi selama lima detik. Sedangkan gempa tremor juga masih terus terjadi dengan amplitudi 2-4 milimeter.
Asap yang mengandung abu dan gas blerang itu diakui Gede Suantika, mengandung racun. Namun, dalam kondisi yang normal, kandungan abu dan gas itu akan jatuh dengan sendiri setelah lima menit di udara. Apalagi, terkena sinar matahari.
Tanaman yang kerkena abu vulkanik mengandung gas belerang itu biasanya rusak, dan pada kadar tertentu bisa mati. ‘’Namun, untuk manusia masih di bawah ambang batas,’’ katanya.
Karena itu, dia mengimbau agar warga di kawasan yang berdekaan dengan Bromo selalu memakai masker. Dia contohkan, seperti warga Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Tosari, Pasuruan, Poncokusumo, Kabupaten Malang dan Ranupane, Lumajang. Sebab, asap tersebut berhembus mengikuti arah angin menuju kawasan tersebut.