REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Kali Gendol masih menjadi ancaman lahar dingin. Sebab masih ada sekitar 40 sampai 50 juta meter kubik material letusan merapi yang tertampung di sungai itu. "Saat ini di Kali Gendol itu hampir 0 persen yang mengalir," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandrio, di Yogyakarta, Kamis (02/12).
Menurutnya, belum ada hujan yang signifikan untuk bisa mengalirkan material letusan Gunung Merapi itu. Turunnya material merapi yang berupa pasir, abu, kerikil, dan batu-batu itu ke aliran sungai di bawahnya, tergantung dari curah hujan. Material yang paling mudah turun menjadi lahar dingin adalah abu vulkanik.
Untuk bisa menggelontorkan seluruh material tersebut diperlukan hujan dengan intensitas 40 milimeter per jam, selama dua jam. Data dari BMKG intensitas hujan paling ekstrem adalah 20 milimeter per jam. "Jadi hanya kejadian ekstrem saja yang bisa mengalirkan seluruh material," ujar Subandrio.
Meskipun tidak ingin berandai-andai, tetapi Subandrio memprediksi, aliran lahar dingin di Kali Gendol, nantinya akan mirip dengan aliran di Kali Boyong yang mengalir sampai Kali Code beberapa waktu lalu. "Kalau curah hujan biasa akan seperti di Kali Code," katanya.
Berdasarkan pengamatan dan data yang dikumpulkannya, hampir semua sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi berpotensi banjir lahar dingin. Karena sungai-sungai tersebut telah terisi material letusan. Pada sebagian besar sungai, seperti di Kali Boyong, Kali Senowo, Kali Putih, atau Kali Krasak, jumlah material letusan hanya sekitar 5 sampai 10 juta meter kubik saja.
Meski tidak bisa dikatakan terkonsentrasi, tetapi jumlah material letusan paling dominan berada di Kali Gendol dengan jumlah. "Disana ada sekitar 30 sampai 40 persen dari 100 juta meter kubik material letusan," kata Subandrio.
Banyaknya material di Kali Gendol karena aliran utama awan panas berada disana. Aliran tersebut menumpuk hingga 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Tumpukan material itu membuat sisi tengah sungai jauh lebih tinggi dari bibir sungainya. Padahal kedalaman sungai sebelumnya mencpai 25 hingga 50 meter.
Jika hujan dengan intensitas tinggi terjadi di Kali Gendol, sehingga membuat lahar dingin terjadi. Maka alirannya akan mengancam sungai-sungai yang berada dibawahnya, termasuk sungai yang tidak berhulu di Merapi. Seperti sungai-sungai di dekat potongan Sungai Opak yang nantinya kembali menyatu di Sungai Opak.
"Kali Gendol terisi penuh. Pasti akan terjadi penyimpangan aliran yang akan mencari tempat yang lebih rendah," ujar Subandrio. Maka daerah di sepanjang aliran Kali Gendol harus bisa mengantisipasi.