Senin 13 Dec 2010 02:30 WIB

Sultan: Kita belum Bisa Keruk Pasir di Kaki Merapi

Rep: Yulianingsih/ Red: Djibril Muhammad
Sri Sultan Hamengkubuwono X
Foto: Panca/Republika
Sri Sultan Hamengkubuwono X

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, pihaknya hingga saat ini belum bisa melakukan pengerukan tumpukan material akibat letusan gunung Merapi yang berada hulu-hulu sungai di kaki gunung itu. Pasalnya kata Sultan, material yang berada di hulu sungai di kaki Merapi tersebut dalamnnya masih panas dan masih cukup berbahaya jika di keruk. Padahal kata Sultan jika tidak dikeruk maka ancaman banjir lahar dingin ke wilayah di hilir masih akan terus mengancam.

"Kita belum bisa dan belum berani melakukan pengerukan material yang ada di kali Boyong karena masih berbahaya. Padahal diperkirakan ada sekitar 30 juta meter kubik material yang ada di kali tersebut dan jika hujan akan terbawa air hingga Yogya dan Bantul," terangnya saat menghadiri kerja bakti bersama pegerukan Kali Code di Yogyakarta yang digelar satu TV Swasta dan salah satu profider di Indonesia.

Selain belum bisa melakukan pengerukan material di kaki Merapi, Pemprov kata Sultan juga kesulitan membersihkan batang-batang pohon kering dari sisa hutan Merapi yang terkena awan panas. Padahal pohon-pohon tersebut bisa terbawa aliran banjir lahar dingin jika musim hujan berlangsung dan itu membahayakan masyarakat bantaran kali.

Diakui Sultan ada kepercayaan masyarakat Merapi yang tidak mau memanfaatkan kayu yang terkena awan panas tersebut. Mereka takut bermimpi untuk mengembalikan kayu tersebut ke asalnya. Kepercayaan semacam itulah yang juga menjadi penghambat pembersihan kayu-kayu sissa letusan merapi.

"Kita prediksikan musim hujan masih akan terjadi hingga Maret 2011. Tetapi pengalaman tahun 2010 ini, musim kemarau juga maish turun hujan. Jadi ancaman banjir lahar ini mau sampai kapan kita tidak tahu," tegasnya.

Karena itulah kata dia, hal yang bisa dilakukannya bersama Pemkot Yogyakarta adalah melakukan pengerukan pasir di kali Code dan mendirikan hunian sementara (huntara) bagi masyarakat bantaran Kali Code. Karena ancaman banjir lahar dingin masih akan lama maka Sultan menghimbau mayarakat di banaran kali Code untuk mau tinggal di Huntara yang akan dibangunnya di sebelah Timur Stadion mandala Krida Yogyakarta.n

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement