REPUBLIKA.CO.ID, CINANGKA--Volume dan radius sebaran abu vulkanik yang keluar dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terus meningkat. Bahkan, selain menyebar di daerah pesisir Pantai Cinangka, Serang, abu juga sampai ke Kabupaten Pandeglang.
"Sudah hampir setengah bulan ini debunya sampai ke daerah Labuan, Pandeglang," kata salah seorang warga setempat, Kardi, Selasa. Dia menjelaskan, tak jarang warga sekitar mengalami sakit mata, lantaran terkena debu Krakatau.
"Mata saya sempat merah, karena kelilipan debu. Tapi sekarang sudah sembuh, dikasih obat tetes mata," katanya menambahkan.
Terpisah, kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, mengakui debu GAK masih menghujani pos pemantau.
"Debunya sampai sekarang masih menghujani kantor kami di Cinangka," katanya menambahkan.
Kondisi ini, masih menurut Anton, disebabkan asap Krakatau dengan ketinggian mencapai 500 meter mengarah ke utara atau Banten. "Asapnya berwarna kelabu, sangat terlihat jelas dari pos pemantau," ujarnya.
Hingga saat ini kata Anton, Solar Panel pada Seismometer, alat deteksi gempa, belum berfungsi akibat tertutup abu tersebut. "Kami belum bisa memonitor aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau, karena Solar Panel, salah satu komponen pada Seismometer tertutup debu," katanya.
Ia menjelaskan, kondisi kegempaan yang tidak terpantau karena abu yang menempel pada panel solar semakin tebal. Bahkan, hujan yang terjadi beberapa waktu lalu tidak membuat abu itu hilang dari alat itu.
"Ya kemungkinan debunya sangat tebal, sehingga selama beberapa minggu ini kami tidak bisa memantau kegempaan. Biasanya tidak seperti ini. Tertutup debu, tetapi itu hanya beberapa jam," ujarnya.
Sementara itu, gunung yang berada di Selat Sunda itu juga terus mengeluarkan dentuman dan getaran berkali-kali. "Lima kali dentuman, dan delapan kali getaran yang kami rasakan dan dengar," katanya.