REPUBLIKA.CO.ID,PANDEGLANG--Suparman pimpinan Ahmadiyah Cikeusik Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten pernah tinggal di Filipina untuk belajar di negara tersebut. "Diperkirakan ia tinggal di Filipina sekitar 10 tahun," kata Aminah, ibu kandung Suparman di Desa Peundey Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang, Rabu.
Aminah mengatakan, pihaknya tidak mengetahui secara pasti Suparman bermukim di negara tetangga tersebut. Suparman hanya mengaku tinggal di Filipina belajar sambil bekerja. Karena itu, dirinya tidak mengetahui persis kegiatan anaknya selama di negeri orang, namun tahu-tahu pulang ke rumah membawa istri warga Filipina. "Saat ini istrinya masih kebangsaan Filipina," katanya.
Menurut dia, pihaknya meminta perlindungan kepolisian agar anaknya dapat kembali bertemu dengan orang tua dan keluarganya. Sebab sejak terjadi bentrokan hingga kini belum bertemu sama anaknya itu. "Kami mendengar Suparman sedang diamankan di Polres Pandeglang," katanya.
Sementara itu, Camat Cikeusik Kabupaten Pandeglang Abjah mengaku pihaknya telah menerima data korban bentrokan yang meninggal dunia sebanyak empat orang. Mereka para korban tragedi Cikeusik warga jamaah Ahmadiyah, yakni Roni, Suwarno, Cabdra dan Deden. "Keempat jenazah itu sudah diambil oleh keluarga masing-masing," katanya.