REPUBLIKA.CO.ID,MERAK-Sudah dua hari ini Beni Silitonga, 37 tahun, dan truknya terjebak macet di jalan menuju pelabuhan Merak, Banten. Ia belum bisa memastikan berapa hari lagi baru bisa sampai ke daerah yang ditujuannya, Jambi. Dia mengaku pasrah dengan situasi yang sudah terjadi berulang kali ini.
Beni kenyang dengan segala alasan yang diberikan pengelola Pelabuhan Merak terkait antrean panjang yang kerap terjadi di Pelabuhan Merak. Mulai dari jumlah kapal yang sedikit, infrastruktur yang kurang memadai, hingga faktor cuaca. “Yah mau bagaimana lagi,” keluh Beni, Senin (21/2).
Hal senada juga dikatakan pengemudi lainnya, Widianto, 45 tahun.Menurutnya, jumlah kendaraan yang menyeberang melintasi Selat Sunda terus bertambah, namun hal ini tidak dibarengi dengan pengembangan pelabuhan yang memadai, serta penyediaan kapal yang layak.
Antrean ribuan truk pengangkut barang yang akan melakukan penyeberangan dari Pelabuhan Merak, Banten, ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung saat ini telah mencapai sekitar 12-15 kilo meter (KM) hingga ke Tol Tangerang – Merak pada KM 92.00. Antrean truk juga terjadi di ruas Jalan Raya Cilegon – Merak sepanjang 2 KM.
PT Indonesia Ferry, Cabang Utama Merak belum bisa mengatasi antrean truk yang telah terjadi selama 2 hari ini karena belum menambah kapal roll on - roll off (ro-ro) untuk melayani penyeberangan dan mengangkut ribuan truk tersebut.
Humas PT Indonesia Ferry, Mario Sardadi mengatakan, upaya yang dilakukan PT Indonesia Ferry saat ini memaksimalkan sebanyak 20 – 21 kapal ro-ro yang melayani penyeberangan, dengan cara mempercepat pengecekan manifes dan pendataan barang yang dilakukan oleh petugas PT Indonesia Ferry dan Kesyahbandaran. “Hasil rapat yang dilakukan yaitu memaksimalkan 20-21 kapal yang beroperasi,” kata Mario Sardadi, Senin (21/2).
Dengan dipercepat pengecekan manifes dan pendataan barang, diharapkan setiap kapal yang sandar di lima dermaga di Pelabuhan Merak, bisa melakukan bongkar muat dengan waktu satu jam.
Menurut Mario, setelah peristiwa terbakarnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Laut Teduh II di sekitar Pulau Tempurung, Perairan Selat Sunda pada Jumat (28/1) lalu, penumpang yang akan melakukan penyeberangan diperketat, akibatnya pengoperasian kapal hanya mencapai 50-58 trip saja.