Friday, 20 Jumadil Awwal 1446 / 22 November 2024

Friday, 20 Jumadil Awwal 1446 / 22 November 2024

Kemendikbud Diminta Buat Desain Baku Kegiatan MOS

Jumat 31 Jul 2015 11:57 WIB

Red: Dwi Murdaningsih

Siswa senior SMK Negeri 1 Serang memotong kuku adik kelasnya yang baru masuk saat Masa Orientasi Sekolah (MOS), di Serang, Banten, Selasa (28/7). Pihak sekolah menekankan kegiatan MOS edukatif seperti kerapihan dan kegiatan baris berbaris untuk mencegah pr

Siswa senior SMK Negeri 1 Serang memotong kuku adik kelasnya yang baru masuk saat Masa Orientasi Sekolah (MOS), di Serang, Banten, Selasa (28/7). Pihak sekolah menekankan kegiatan MOS edukatif seperti kerapihan dan kegiatan baris berbaris untuk mencegah pr

Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berakhirnya  masa orientasi peserta didik baru atau disebut masa orientasi sekolah (MOS), menyisakan banyak pekerjaan rumah bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sebab, meski sudah ada peraturan dan surat edaran yang melarang segala bentuk perpeloncoan dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mempermainkan peserta didik baru, namun masih saja ditemukan banyak pelanggaran yang dilakukan sekolah.

Untuk itu, Kemdikbud diminta mendesain kegiatan baku MOS untuk diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris menyarankan, tahun depan semua sekolah di Indonesia sudah punya acuan resmi panduan kegiatan MOS. Mulai dari pilihan bentuk kegiatan, tema-tema materi yang harus disampaikan serta SOP apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan senior.

“Memang kesannya terlalu mendikte sekolah, tetapi sepertinya memang harus dibuat panduan hingga ke yang sifatnya teknis. Beberapa sekolah memang punya kreativitas membuat kegiatan MOS yang mendidik, tapi sangat banyak sekolah yang kegiatan MOS-nya tak jelas, dan kepala sekolah serta para guru hanya diam saja,” ujar Fahira, (31/7).

Fahira mengungkapkan, dari pantuan langsung di lapangan dan laporan orang tua siswa, masih banyak ditemukan kegiatan MOS yang merendahkan dan mempermainkan peserta didik baru. Walau kekerasan fisik relatif tidak ada, tetapi masih ada kekerasan psikologis yang dialami siswa baru. Banyak orang tua yang mengeluhkan kegiatan MOS  malah memberatkan mereka. Belum lagi harus ikut pusing mempersiapkan segala macam atribut, logistik (makanan/minuman), dan peralatan yang diperintahkan senior.

Menurut Fahira, MOS di semua tingkatan mulai dari SD, SMP, hingga SMA sebenarnya adalah momentum yang paling tepat untuk membentuk karakter para siswa di seluruh Indonesia. Sangat banyak materi dan kegiatan termasuk games yang bisa diberikan kepada peserta didik baru untuk menambah ilmu dan membentuk karakter siswa baru.

“Harusnya MOS diisi dengan kegiatan dan materi yang muaranya ke pendidikan karakter. Ajarkan nilai-nilai kejujuran, sportif, kompetitif, disiplin, punya inisiatif dan berpikiran positif. Kenapa tidak diisi dengan sosialisasi bahaya narkoba atau miras? Kenapa tidak diisi dengan materi antikorupsi yang jadi penyakit besar bangsa ini?” saran Fahira.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler